Tiba-tiba saja dia sudah remaja ...

Sebagai seorang ibu, seperti halnya kebanyakan ibu lainnya, saya mungkin terlalu memanjakan anak-anak, bahkan saat salah satunya mulai beranjak remaja. Suami saya sudah berkali-kali mengingatkan, namun saya masih merasa 'belum rela' berhenti memperlakukannya sebagai anak kecil dan jujur saja, suami saya pun begitu, beberapa kali saya mendapatkannya membantu abang memakai sepatu (memang sih kondisinya dia habis sunat dan agak susah jongkok, tapi itu sudah hampir sembuh dan dokter menyarankan dia untuk beraktivitas normal).

Saya dan suami bertekad untuk membiasakan diri memperlakukannya sebagai anak remaja, di mana kami berusaha mengurangi keterlibatan kami dalam urusan-urusan yang sudah bisa ditanganinya.

first day at junior high, belum pada pake seragam SMP ;p
#AHAmoment saya terjadi sekitar satu minggu yang lalu saat abang pertama kali masuk sekolah di SMPnya yang agak jauh dari rumah. Saya dan suami mengantarkan dia ke sekolah, masuk ke gerbang, dan menunggu di dekat ruang guru sementara abang yang belum dapat kelas (karena terlambat masuk, menunggu luka sunatnya sembuh) disuruh duduk di sebuah ruang kosong, menunggu guru yang bersangkutan datang. Saat sedang menunggu, bapak kepala sekolah datang, lalu terjadilah percakapn seperti berikut:

KepSek: ibu dan bapak pulang saja, biarkan anaknya menunggu di sini..

Saya : tapi pak, dia baru pertama masuk..

KepSek : iya, nggak apa-apa, nanti akan ada yang mengurusnya (beliau menyebutkan nama seorang guru, tapi saya lupa).

Saya :tapi pak, dia belum dapet kelas..

KepSek : (senyum simpul) iya, nanti gurunya ngasih tahu dia kelasnya di mana dan akan ada kakak kelas yang mengantar..

Saya : o gitu ya, pak. Ya sudah pak, saya nungguin sebentar karena masih mau ketemu ibu Ida untuk kasih berkas-berkas ini (sambil menunjukan map berwarna biru).

KepSek : Nggak apa-apa, kasih aja ke anaknya, nanti dia yang kasih ke bu Ida. Kalau ditungguin terus kapan anaknya mandiri, bu..

Saya : saya juga mau ke koperasi untuk ambil baju seragam dia, pak..

KepSek : dia bisa ambil sendiri nanti..

Saya masih mau membuka mulut lagi, tapi suami langsung memegang lengan saya dan mengangguk sopan pada bapak kepala sekolah, "baik pak, kalau begitu kami menunggu di luar sekolah saja sebentar, kalau ada apa-apa, kami parkir di seberang sekolah"

Sampai di luar, suami mencolek saya, "duh, kamu kok maksa gitu tadi, kan nggak enak sama kepsek," dan dijawab dengan cerocosan panjang saya padanya. Tak lama berselang, seorang petugas sekolah menghampiri kami, mengatakan bahwa abang sudah di kelasnya, diantar oleh seorang kakak kelas, jadi kami dipersilahkan untuk pulang saja. Tanpa saya duga, giliran suami yang bertingkah 'memalukan' :D

Suami : pak, saya boleh melihat anak saya dari jendela?

Petugas sekolah: untuk apa, pak? dia baik-baik saja, kok. Serahkan saja pada pihak sekolah, ya..

Suami : iya, soalnya ini hari pertama dia masuk SMP dan pertama kali sekolahnya jauh dari rumah..

Petugas sekolah : (mesem-mesem) 

Kini gantian saya yang menarik lengan suami setelah mengucapkan terima kasih kepada petugas sekolah. And you know what? mata suami saya berkaca-kaca ketika kami berjalan meninggalkan sekolah. Owww....

tiba-tiba anak2 ini sudah mulai remaja :) terutama si abang...

2 comments

  1. hahaha... time fliest so fast ya ta
    sekarang gw bisa ketawa baca ini, padahal mah ntar pas ngalamin sendiri ga tau deh bakal gimana, lebih parah kali dari lu :p

    BalasHapus
  2. iya cepet banget Net, huhuhu.. ;p

    BalasHapus