Jadi Konsumen Cerdas, Gunakan Obat Dengan Izin Edar [ODIE]
Sekitar delapan tahun yang lalu papa saya meninggal dunia setelah bertahun-tahun menderita dan keluar masuk rumah sakit. Penyakit jantung adalah salah satu yang dideritanya. Minum obat sudah menjadi keseharian, kadang bisa tujuh macam obat sekali minum, bayangkan berapa banyak obat yang ia minum dalam seminggu, sebulan, bahkan setahun.
Sebelum papa akhirnya dimasukan
ke rumah sakit jantung dan meninggal beberapa hari kemudian, ia sempat meminum
obat yang dibeli bukan di tempat yang resmi, alasannya karena obat-obatannya
sangat mahal dan perlu banyak diminum, jadi ada kenalan yang menawarkan membeli
di suatu tempat yang bisa diskon cukup lumayan. Saya tidak tahu tepatnya di
mana kenalan papa itu membeli obat tersebut, karena seringkali obat-obatannya
sudah tersedia di rumah. Obat yang sama yang diresepkan dokter namun dibeli
bukan di apotek rumah sakit.
Saat berita tentang obat palsu
dan obat illegal beredar, saya sempat bertanya-tanya, apakah papa saya salah
satu korbannya?, apakah ia pernah mengkonsumsi obat palsu sehingga kondisinya
bukannya membaik, bahkan memburuk?. Rasa penasaran tersebut cukup mengganggu
dan menyakitkan. Pada intinya, saya tidak ingin saya dan keluarga saya, serta
orang-orang lainnya tanpa sadar turut mengonsumsi obat illegal.
ibu Penny dan staff BPOM lainnya di Bundaran HI tanggal 21 Agustus kemarin |
Oleh karena itu, saat BPOM
mengkampanyekan penggunaan Obat Dengan Izin Edar atau #ODIE, saya sangat
mendukung hal tersebut. Saya ingin agar keluarga saya serta masyarakat
Indonesia teredukasi mengenai pentingnya membeli obat yang benar, jangan sampai
kelak muncul tanda tanya dan penyesalan yang tak ada gunanya seperti yang saya
ceritakan di atas.
Peredaran obat ilegal kini merupakan
masalah yang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan sudah menjadi masalah
global yang hingga kini masih memerlukan langkah pemberantasan yang tepat untuk
menuntaskannya. Upaya penanggulangan peredaran obat ilegal tidak mungkin dapat
dilakukan oleh hanya satu pihak saja. Mengingat sudah lamanya permasalahan ini
terjadi dengan kemungkinan luasnya jaringan pelaku, tentunya dibutuhkan
kepedulian semua pihak untuk bersama-sama memerangi peredaran obat ilegal, baik
dari sektor pemerintah, pelaku usaha, termasuk masyarakat, ya masyarakat,
kita-kita ini..
eh, ada maskot ODIE dari BPOM |
Obat ilegal dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu obat tanpa izin edar (TIE) atau obat palsu. Obat
TIE merupakan obat yang tidak memiliki izin edar dari Badan POM. Kode izin edar
Badan POM untuk obat diawali dengan huruf D untuk obat dengan merek dagang atau
G untuk obat generik, lalu diikuti dengan huruf kedua, yaitu B untuk obat
bebas, T untuk obat bebas terbatas, K untuk obat keras. Seringkali obat TIE
disertai dengan penandaan yang berbeda dengan obat yang telah memiliki izin
edar. Sementara, obat palsu adalah obat
yang diproduksi oleh pihak yang tidak berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat menggunakan penandaan yang
meniru obat dengan izin edar.
Produk obat yang cenderung
dipalsukan biasanya merupakan obat-obatan lifestyle, life-saving, dan obat lain
yang banyak dicari oleh masyarakat. Berdasarkan data pengawasan Badan POM
periode 2013-2015, temuan obat palsu didominasi oleh obat golongan disfungsi ereksi,
antibiotika, antipiretik-analgetik, antihipertensi, dan Antihistamin. Jika
dilihat dari jenis obat, obat branded dengan harga yang relatif mahal lebih
sering dipalsukan dibanding dengan obat jenis generik. Beberapa obat dengan
merk dagang yang ditemui dipalsukan berulang kali, misalnya Blopress, Cialis,
Viagra, Ponstan, Bloppres, incidal OD, Diazepam, Anti-Tetanus Serum, dan
Nizoral. Hingga periode Januari - Juni 2016, Badan POM juga telah
mengidentifikasi 17 merek obat palsu yang didominasi oleh golongan vaksin,
Anti-Tetanus Serum, serta obat disfungsi ereksi.
Dalam kampanye Aksi Sosial Peduli Obat Legal di area Car Free Day Jakarta, hari Minggu, 21 Agustus 2016 kemarin, ibu Penny selaku Kepala BPOM menyatakan bahwa modus pemalsuan obat yang
dilakukan pelaku, antara lain mengemas ulang produk obat dengan kemasan dan
label produk obat lain yang harganya lebih tinggi, mengubah tanggal kedaluwarsa
dengan tanggal kedaluwarsa baru, mengganti kandungan zat aktif dengan zat aktif
lain yang efek terapinya berbeda atau mengurangi kadar zat aktif obat sehingga
tidak sesuai dengan kandungan produk aslinya. Dari sisi jalur distribusi, modus pelanggaran
penyebab masuknya obat palsu ke jalur distribusi resmi disebabkan ada fasilitas
pelayanan kefarmasian yang melakukan pengadaan obat dari sumber tidak resmi
atau dari sumber freelance tanpa disertai dokumentasi yang memadai.
Ingat ya pesan cewek2 cantik ini, waspada obat ilegal! |
Saat diwawancarai oleh beberapa media kemarin, ibu Penny juga mengatakan bahwa masyarakat sebagai konsumen
pengguna produk obat di Indonesia merupakan salah satu kunci utama keberhasilan
upaya penanggulangan peredaran obat ilegal. Peran aktif masyarakat sangat
diharapkan dalam melakukan pengawasan obat ilegal termasuk palsu, minimal
dimulai dari pengawasan peredaran obat yang ada di lingkungan sekitarnya.
Melalui kampanye Aksi Sosial Peduli Obat Legal, Badan POM mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen yang kritis dalam memilih atau menggunakan obat. Masyarakat harus menjadi konsumen yang cerdas. Ingat untuk selalu melakukan Cek KIK (Cek Kemasan, Cek Izin edar, dan Cek Kedaluwarsa). Pastikan juga untuk selalu membeli obat di sarana resmi. Belilah obat keras sesuai dengan resep dan petunjuk dari dokter. Hindari pembelian obat melalui situs penjualan online. Jangan mudah tergiur dengan harga obat yang lebih murah dari harga pasaran.
Melalui kampanye Aksi Sosial Peduli Obat Legal, Badan POM mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen yang kritis dalam memilih atau menggunakan obat. Masyarakat harus menjadi konsumen yang cerdas. Ingat untuk selalu melakukan Cek KIK (Cek Kemasan, Cek Izin edar, dan Cek Kedaluwarsa). Pastikan juga untuk selalu membeli obat di sarana resmi. Belilah obat keras sesuai dengan resep dan petunjuk dari dokter. Hindari pembelian obat melalui situs penjualan online. Jangan mudah tergiur dengan harga obat yang lebih murah dari harga pasaran.
"Ingat Cek KIK - Cek Kemasan, Cek Izin edar, dan Cek Kedaluarsa!"
Masyarakat yang kritis diharapkan
dapat mempercepat upaya memutuskan mata rantai peredaran obat ilegal di
Indonesia. Dengan semakin menurunnya jumlah konsumen yang menggunakannya, maka
pelaku juga akan semakin mengurangi aktivitas usahanya dalam mengedarkan produk
obat ilegal karena tidak memberikan keuntungan. Ibu Penny menghimbau masyarakat untuk tidak ragu melaporkan
kepada Badan POM jika mencurigai adanya aktivitas peredaran obat ilegal.
Nah, sudah saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia untuk turut membantu pemerintah dalam mengatasi masalah ini dengan berhenti menggunakan obat yang tidak memiliki izin edar dan tidak membeli obat secara online, setidaknya mulai dari diri kita sendiri dulu lalu sosialisasikan kepada kerabat, kenalan, dan orang-orang lainnya ....
****
56 comments
antibiotik, antipiretik-analgesik. wah, padahal jenis obat itu yang banyak dicari ya. iya juga sih kalo bukan obat laris tentunya tidak akan dipalsu.
BalasHapusgerakan yang positif mbak. semoga banyak yang tergugah.
@damarojat
BalasHapusiya mba, makanya harus waspada banget ya.. iya amin, semoga masyarakat makin peduli thd hal ini untuk ngurangin peredaran obat palsu dan ilegal..
Waaaah, informasinya bermanfaat banget Mbak Zata. Meskipun saya sendiri sangat jarang minum obat (kecuali emang harus). Jadi tahu kalo BPOM punya line contact sendiri dan bisa ditelepon kapan aja..
BalasHapus@dani
BalasHapussama-sama mas Dani, semoga bermanfaat yaaa..
Wah ini bener banget nih! Konsumen harus diberikan info agar lebih waspada terhadap obat2 yang dijual bebas. Semoga akan lebih banyak informasi-informasi yang berguna seperti ini utk masyarakat ya :)
BalasHapus@Sandra Buana Sari
BalasHapusIya San, peran kita juga sebagai ibu untuk turut mengedukasi keluarga, kerabat, teman2 serta masyarakat luas soal ini ya..
pengalamanku sama obat ini emang kudu pantau. jadi sebagai konsumen g dibodohi dokter kudu beli-beli obat macem2 iya-iya aja -___-
BalasHapusStuju mba Echa, konsumen perlu cerdas agar nggak kebawa ya...
Hapushaduuh... ngeri banget ya, kalo hanya dgn pengecekan adanya label BPOM dan MUI aja, cukup gak mba?
BalasHapusSulit mengharapkan masyarakat bisa ikut mengawasi peredaran obat yang todak berizin ini.
BalasHapusMau cek kemasan? Kemasan obat yang asli dengan obat yang palsu itu sama saja. Apakah Zata dapat dokumentasi dari BPOM tentang mana gambar kemasan obat yang mengandung logo K, logo T, logo B, dan sebagainya itu? Saya scroll artikel ini sampai ke bawah, sekilas artikel ini mirip artikel orang jalan-jalan pagi di car free day aja :-D
Mau cek izin edar? Itu bukan kerjaannya konsumen, itu kerjaannya Kementerian Perdagangan. Kalau ada barang dagangan yang bisa merugikan masyarakat dan sampai beredar di toko-toko kecil, Kemenperindag mestinya merazia toko itu. *jadi ingat sebuah toko di jalan besar dekat rumah saya terpaksa disegel Satpol pp gegara menjual barang palsu*
Cek kadaluarsa lebih mudah. Karena tanggal kadaluwarsa ada di dalam kemasan.
Santi Dewi betul. Lebih gampang ngecek label BPOM daripada masyarakat disuruh ngecek izin edar.
Benar sekali mba, kita harus cerdas jadi konsumen. Apalagi dengan obat-obatan ya.
BalasHapusSelama ini aku nggak terlalu perhatian dg obat, mulai sekarang harus hati-hati nih. Thanks for Sharing :)
BalasHapusselain harus rajin ngecek, saya lebih memilih membeli di tempat yang udah dipercaya, Mbak. abis gak mau sembarangan juga sama obat. Ngeri efeknya, ya
BalasHapusWaduh, obat branded dan mahal justru lebih banyak dipalsukan. Selain melakukan pengecekan supaya lebih aman, saya beli obat di tempat terpecaya aja deh.
BalasHapusjadismakin awas nih dgn metode KIKbuat ceki2 obat
BalasHapusSebagai konsumen memang sepatutnya kita lebih teliti ya mbak, jangan sampe deh kebeli obat-obatan sembarangan. Jaman udah serem banget nih sekarang, apa aja dipalsuin ya.. Huhuuu. Makasi sharingnya ya mbak Zata
BalasHapusAbis baca postingan yang informatif ini, saya kemudian gagal fokus ngeliat foto mba cantik di bawah hahaha ^^v
BalasHapusKdng aku suka bingung knp obat yang berlabel harus dgn resep dokter bisa dibeli bebas di apotek bahkan warung mbak. Moga2 pemerintah makin tegas soal aturan obat ini...
BalasHapusSejak banyak kampanye soal obat ini, aku juga selektif banget buat milih dan makan obat (dan juga makanan). Apalagi sekarang masih banyak obat dengan label K yang dijual bebas dan dulu aku peminum obat dengan label K tanpa resep dokter, hiks. Akhirnya sekarang sudah sadar kalau obat itu nggak boleh asal minum harus lihat labelnya dan juga izin edarnya.
BalasHapusPerlu kampanye ke kampung jg nih
BalasHapus@Santi Dewi
BalasHapussebenarnya cukup mba, tapi sayang, kadang ada label yang palsu juga kan :(
@Vicky Laurentina
BalasHapussetuju mba Vicky, nggak semudah itu memang, tapi bukan berarti nggak bisa. Tanggungjwb utama memang bukan di kita, tapi apa salahnya untuk juga ikut mengecek dan mengawal karena faktanya, kondisinya sudah seperti ini. Saya pribadi berpendapat, daripada sudah ada kejadian yang merugikan keluarga saya lalu saya sibuk menyalahkan sana sini, lebih baik saya turut mengecek.
dan memang ini artikel jalan2 di carfreeday, saya datang ke sana, mendengarkan kampanye #BPOM #ODIE dan berbagi di sini, semoga tidak ada yang salah dengan ini ya mba Vicky :)
Untuk edukasi yang lebih rinci, mialnya soal perbedaan kemasan dan lain2, bisa mengunjungi website BPOM, tapi nanti saya juga ikut cari tahu karena itu juga concern saya.
Sekali lagi, opini saya pribadi, jika saya masih belum bisa mengandalkan pihak lain untuk menjaga keselamatan saya dan keluarga, saya pilih untuk ikut serta daripada menyesal dan menyalahkan orang lain :).
Terima aksih banyak masukannnya ya mba Vicky, semoga pihak2 terkait juga membaca komentar mba Vicky dan menjadi masukan yang berharga buat mereka dan kita semua.
Salam,
Zata
@Liswanti Pertiwi
BalasHapusiya mba Lis, nggak ada salahnya untuk waspada apalagi memang kenyataannya situasinya sedang tidak baik seperti sekarang ini.
@lianny hendrawati
BalasHapusiya mba sama, aku pun dulu begitu, sekarang mikir, ngapain unggu kejadian dulu baru waspada, ya kan?
@Keke Naima
BalasHapusnah setuju banget mba Myr, lebih baik beli di tempat yang udah dijamin aja dari pada ragu2..
@Heni Puspita
BalasHapusiya, mungkin karena untungnya lebih besar ya mba Hen, makanya kbanyakan yg dipalsukan ya obat2 mahal..
@Desi Namora
BalasHapusiya, gampang diinget ya metode ini :)
@Adriana Dian
BalasHapusiya mba Adriana, seremm..
sama-samaa, makasih juga udah mampir..
@Nining
BalasHapusahahha mba Nining, kan mumpung di blog sendiri, kapan lagi bisa eksis kalo gak ada foto2 dirinya, hihihi...
@April Hamsa
BalasHapusyes, bener mba April, sering2 aja sih hal ini kita sampein ke pemerintah agar ke depannya lebih baik lagi..
@Ratna Dewi
BalasHapussama mba, aku dulu juga jarang banget ngecek label, tapi sekarang, demi keluarga, ya harus cek dan ricek ya.., gak ada ruginya kok waspada..
@Jiah
BalasHapuswahh harus disampaikan ke pihak2 yang terkait nih mba..
Nah iya. Setuju banget mba Zata. Apalagi urusan obat ya, kudu hati2. Salah2 malah bukannya jadi obat malah mudarat.
BalasHapusJadi harus aware 4 cek ya mba. KiK, izin edar, kadaluarsa, dan kemasan. Sip sip.... laksanaken! :-)
@Ira duniabiza
BalasHapusmakasih banyak sudah mampir mba Ira, iya betul sekali tak ada ruginya kok utk ngecek :)
Lelah mba kalo ngebahas obat.... loh ?? Iya xixixi sbgi peminum obat2 dokter yg gak bisa nolak tumpukan obat2n ituh :((
BalasHapusWaspada kudu banget mba, mksh sharingnya ya mba
Iya mba Irma, sedih kalo bahas soal obat2an palsu dan ilegal inu, tapi ya daripada sedih2 gak jelas mending bantu memberantas peredarannya dng waspada, cek dan ricek serta adukan ya :)
HapusObat-obatan yang kita beli sewajarnya kita lihat dan periksa juga. Setidaknya dari tgl kadaluwarsanya, kode-kode yang tertera dll, kalau ragu, bisa konsultasi ke nomor hotline BPOM atau ke dokter terdekat.
BalasHapusNamanya konsumen harus cerdas ya kita harus usaha cari tahu, gak harus mengandalkan pemerintah atau badan2, iya gak Mba Zata?
Iya teh maksudnya spt itu, nggak berarti tiap beli obat harus cek izin edarnya, namun kalau ragu, apa salahnya mengecek.
HapusYes, setuju banget teh...
Saya paling tidak suka mbak dengan para produsen yang menjual barang yang tidak memiliki bukti untuk diedarkan karena kebanyakan produk yang tidak memiliki izin edar sudah bisa dipastikan produk tersebut tidak aman dan tidak boleh dikonsumsi kalau misalkan itu makanan atau minuman dan salah satunya obat.
BalasHapusBetul sekali kang, gak ada kode udah jelas gak aman ya...
HapusOrang tua dulu kan sering beli di warung mba zata, kadang yg penting obat, kurang kesadaran utk cek . Makin lama makin banyak oknum nakal yaa mba, moga kita sehat selalu semua ya. Biar ngga usah minum obat ^^ amin
BalasHapusNah iya mba Uci, aku jg inget nyokap bokap klo beli kdg di warung krn apotek jauh...
Hapussemoga kegiatan sperti ini semakin sering diadakan biar pengetahuan masyarakat juga bertambah
BalasHapusAku pernah minum obat bebas yg ternyata palsu lho mba Zata. Pas sakit maag, biasanya aku konsumsi merek itu langsung sembuh, tapi kali itu udah diminum berkali-kali sakitnya nda reda. Akhirnya obat yg itu kutinggal & aku beli lagi merek yg sama. Sekali diminum langsung reda spt biasa. Ada pemalsuan berarti ya
BalasHapusDuh bisa jado tuh mba Evy. Harus hati2 banget...
Hapuspaling sereem yah dengan obat2 palsu ini..makin banyak kampanye untuk informasi makin baik niih
BalasHapusIya mba Indah, serem. Iya, peran kita jg sbg blogger utk turut membantu pihak2 terkait mengkampanyekan hal ini..
Hapuswaah inpo yang sangat menarik niy mba ..
BalasHapusaku jarang minum obat juga terkecuali jika emang dibutuhkan (jangan sampe lah) hahhha
semoga masyarakat makin bijak ya, jangan mau dibodohin sama obat2 palsu.
@Nchie Hanie
BalasHapuskeren mba Nchie, kalo bisa nggak minum jangan minum yah, hehehe.
Iya aminn semoga semakin banyak orang teredukasi dan berpikir bahwa menjaga keselamatan diri dan keluarga dng memilih obat berijin edar adalah tanggungjawabnya juga, bukan hanya tggjwb pihak2 tertentu :)
Eh... baru tahu bngte sma mksud dri lingkaran berwarna warni yg ada tulisan B, G, D, K, hhee
BalasHapusAda juga mbahnya aku, salah konsumsi obat dri RS smpai skrg masih sakit,
TFS ya mba
Salam KEnal ^_^
@Khoirur Rohmah
BalasHapussama-samaaa :)
Saya baru paham kode-kodenya mba, mesti lebih aware y mba semoga saya dan yang belum paham jadi aware masalah yang begini :)trimz sharingnya mba
BalasHapus@herva yulyanti
BalasHapussama-sama mba Hervaaa..
Jadi selama ini salah, -_-
BalasHapusMinum obat asal obat tersebut populer dan blm expired, next time harus lebih detail milih obat
Bener banget si, masih banyak yang gak ngeh kalo obat sembarang tuh bahayanya luar biasaaa
BalasHapusIt's nice that you share such information with us
BalasHapusadult services local girls