Mari, Perangi Obesitas pada Anak!
CALLING FOR URGENT GOVERNMENT ACTION TO END CHILDHOOD OBESITY
Obesitas. Mendengar kata tersebut
rasanya sudah cukup membuat resah orang dewasa bahkan juga anak-anak. Kekhawatiran akan kelebihan berat badan serta
obesitas ini memang sangat beralasan. Setelah dianggap sebagai masalah negara
berpenghasilan tinggi, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas kini
justru meningkat juga di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
khususnya di daerah perkotaan.
Belum lama kita melihat dan
mendengar di media tentang cerita anak-anak dan remaja obesitas seperti Arya
Permana yang berumur 10 tahun dengan berat badan 186 kg, Rizki Rahmat yang
berbobot 119 kg, dan alm. Wahid Zeananda yang punya berat 190 kg, yang
beritanya begitu membuat kita sedih dan prihatin. Sayangnya, nama-nama di atas
hanya beberapa yang tampil dipermukaan, dalam keseharian pasti kita pernah
melihat atau bahkan mengalaminya sendiri.
Angka obesitas memang meningkat
lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980 dan dua tahun lalu sudah ada sekitar
41 juta anak mengalami berat badan berlebih dan obesitas. Data riset kesehatan
dasar tahun 2013 menunjukan ada 18,8 % anak usi 5 sampai 12 tahun yang
mengalami kelebihan berat badan dan 10,8 % menderita obesitas. Nah, ternyata
hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa obesitas yang terjadi pada anak
berhubungan erat dengan obesitas pada orang tua. Alarm banget, nih, buat kita
para orang tua…
Dampak buruk obesitas pada anak
terutama pada tumbuh kembang serta aspek organik dan psikososial. Obesitas pada
anak beresiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami
berbagai penyakit hingga berujung pada kematian. Hal itu bisa terjadi karena
penderita obesitas kemungkinan besar menderita peningkatan tekanan darah,
penyumbatan jalan napas saat tidur, asma, sindrom polikistik ovarium, diabetes
melitus tipe 2, perlemakan hati, abnormalitas kadar lipid darah hingga sindrom
metabolik.
Itulah kenapa dalam rangka Hari
Obesitas Sedunia yang jatuh pada tanggal 11 Oktober lalu, Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementrian Kesehatan RI, mengangkat tema “Calling for Urgent Government Action to End Childhood Obesity.”
Targetnya adalah untuk menghentikan kenaikan prevalensi obesitas pada tahun
2025.
![]() |
Obesitas pada anak berkaitan erat dengan obesitas pada orangtuanya |
SEKILAS TENTANG OBESITAS, PENYEBAB DAN PENCEGAHANNYA
Obesitas atau kegemukan
didefinisikan sebagai lemak abnormal atau berlebihan akibat ketidakseimbangan
asupan energi dengan energi yang digunakan yang terjadi dalam jangka waktu
lama.
Penyebab kelebihan berat badan
dan obesitas pada anak disebabkan oleh beberapa faktor, namun seringkali
diakibatkan dari faktor gaya hidup yang tidak sehat. Jumlah asupan energi
berlebih, kebiasaan mengonsumsi jenis makanan dengan kepadatan energi yang
tinggi lemak, gula, serta kurang serat, jadwal makan yang tidak teratur, tidak
sarapan, kebiasaan ngemil, serta teknik pengolahan makanan yang saat ini banyak
menggunakan minyak, gula, dan santan kental, sangat memicu kelebihan dan
obesitas yang terjadi pada anak dan orang dewasa.
Tidak hanya itu, kemajuan
teknologi serta tersedianya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai
kemudahan menyebabkan turunnya aktivitas fisik kebanyakan orang. Misalnya ke
mana-mana yang harusnya bisa ditempuh dengan jalan kaki, namun karena fasilitas
ojek online dan angkutan umum lainnya yang relatif murah dan mudah didapat,
orang lebih memilih naik kendaraan. Daripada naik tangga memilih naik lift, dan
seterusnya.
Pada kasus alm. Wahid, menurut
ibunya, obesitas yang terjadi padanya berkaitan dengan autis yang dialami sejak
usia dua tahun sehingga membuat nafsu makan Wahid yang tidak terkendali.
Faktor lain yang menyebabkan
obesitas pada anak adalah faktor genetik, yaitu adanya riwayat obesitas pada
anggota keluarga yang kemungkinan diwariskan pada keturunannya. Faktor lainnya
adalah konsumsi obat-obatan tertentu dan faktor usia. Ketika usia bertambah,
maka sistem metabolisme akan menurun sehingga menyebabkan lemak lebih cepat
tersimpan di dalam tubuh. Ini reminder
juga buat saya yang sudah akan segera masuk ke umur tertentu untuk lebih
menjaga makanan dan tetap aktif berkegiatan fisik demi berat badan yang lebih
ideal.
![]() |
all images sources: google image |
Berikut ini beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk mencegah dan mengurangi obesitas pada anak:
Tidak makan sambil menonton televisi. Saat makan sambil nonton,
seringkali kita tidak sadar bahwa kita sudah kenyang, sehingga kita akan makan
melebihi porsi biasanya.
Batasi penggunaan gadget.
Saat keasikan dengan gadget, biasanya anak-anak akan mengalami ‘posisi pw’
alias posisi wuenak, yang membuat
mereka malas untuk bergerak dan beraktivitas fisik lainnya. Jangankan,
anak-anak, saya sendiri pun kalau sudah keasikan dengan gadget bisa hampir seharian tidak bergerak aktif, duhhh…
Perbanyak aktivitas di luar ruangan. Ini kaitannya sama dengan tip
nomor dua di atas. Saya akui hal ini cukup mujarab. Sebagai contoh, anak saya
yang masih berusia lima tahun, kalau sudah main gadget sulit sekali untuk disuruh berhenti, namun saat akhirnya
berhenti dan diajak main ke luar rumah, misalnya naik sepeda di lapangan, ya
ampun, bahkan sulit pula untuk diajak pulang saking asiknya J. Jadi jangan menyerah
ya kalau anak awalnya menolak untuk diajak bermain di luar rumah…
Biasakan makan dengan keluarga. Jujur saja, bagi saya ini pun bukan
hal mudah karena akibat padatnya aktivitas masing-masing anggota keluarga.
Namun saat semua sedang berkumpul di rumah, kami benar-benar mengusahakan untuk
makan bersama. Duduk di meja makan sambil ngobrol soal keseharian. Selain makan
menjadi terkontrol, benefit emosional
juga didapat dengan kegiatan ini.
Biasakan sarapan sehat. Awali hari dengan baik, salah satunya
dengan sarapan yang sehat dan cukup mengenyangkan agar anak-anak bisa
berkegiatan dengan baik di sekolah dan tidak mudah merasa lapar hingga akhirnya
jajan ini itu yang berpengaruh buruk terhadap berat badan mereka. Biasanya saya
menyediakan sereal, oatmeal, dan telur rebus sebagai sarapan anak-anak, kadang
ditambah roti juga.
Biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah. Dengan
bekal yang sudah disediakan diharapkan anak-anak tidak lagi memilih jajanan
tidak sehat yang dijual di sekitar sekolah. Asupan gizinya juga makin terjamin.
Pengalaman saya pribadi, anak kedua yang masih SD makan dari catering sehat sekolah, air putih galon
juga tersedia di beberapa tempat di sekolah yang sangat memudahkan ia untuk
sering minum air putih. Namun anak pertama saya yang sudah SMP tidak begitu. Ia
enggan membawa bekal dari rumah karena sekolahnya cukup jauh dan berangkat
sangat pagi. Alasannya jika ia membawa bekal sejak pagi, makanan akan kurang
enak jika dikonsumsi saat makan siang. Di sekolahnya pun tak tersedia jasa catering. Solusinya, saya berusaha
memaksimalkan makan sehatnya saat sarapan dan saat makan malam (biasanya ia
makan malam sebelum jam 6 sore).
Batasi konsumsi makanan siap saji dan pangan olahan, jajanan, dan
makanan selingan manis, asin, dan berlemak. Buat saya ini masih pe er
karena kebetulan anak-anak saya suka jajan. Sejauh ini saya berusaha untuk
membatasinya dengan memilihkan camilan yang tidak terlalu berlemak dan tidak
terlalu manis.
Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sepertinya hal ini sudah sering
didengung-dengungkan ya dan sebagian besar dari kita pun sudah tahu bahwa kita
dan keluarga sangat perlu untuk mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur namun
kok pada praktiknya sulit, ya?. Intinya,
sih, berusaha, pelan-pelan dan konsisten. Saat ini problema saya sama dengan
kebanyakan ibu di dunia, anak-anak yang sulit makan sayur. Solusi saya saat ini
adalah membuat jus buah dan sayur yang masih dapat diterima oleh anak-anak.
Tidak apa-apa mereka minum sedikit namun sering. Saya berharap lama kelamaan
mereka akan mulai suka dan menganggap sayur dan buah sebagai makanan
sehari-hari yang wajib dikonsumsi.
Hindari minuman ringan dan bersoda. Seperti kita ketahui, minuman
ringan bisa mengandung sekitar 10 sendok gula per botolnya, bayangkan jika
dalam sehari anak-anak kita mengonsumsi beberapa gelas/botol minuman ringan dan
minuman bersoda?. Saat ini, jika anak saya meminta teh manis kemasan, saya
biasanya akan menyarankan ia memesan teh manis biasa yang gulanya bisa ditakar
yaitu maksimal dua sendok per gelasnya. Saya sendiri sudah berhenti minum
minuman ringan dan bersoda mungkin sejak di bangku kuliah. Sesekali, sih, saya
masih mengonsumsinya, tapi dalam sebulan mungkin hanya satu kali itu pun jika
tidak ada pilihan lain.
Bagaimana? Sudah terbayang untuk
memulai hidup yang lebih aktif dan sehat demi keluarga, anak-anak, dan diri
sendiri?. Yuk, kita mulai dari sekarang.
Sebagai informasi, artikel ini
saya tulis berdasarkan informasi lengkap yang saya dapatkan saat menghadiri
acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, Kemenkes RI bertajuk “Atur
Pola Makan dan Aktif Bergerak, Kendalikan Obesitas.”
Dalam kesempatan tersebut saya
mendapat kuliah dari tiga narasumber yang sangat ahli di bidangnya. Kenapa saya
bilang kuliah? Karena saya benar-benar merasa mendapat begitu banyak ilmu,
masukan, serta manfaat dari mereka bertiga, yaitu Dr. Lily S. Sulistyowati, MM. selaku Direktur Pencegahan &
Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Rita
Ramayulis, DCN, M.Kes selaku Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli
Gizi (PERSAGI); dan Dr. Michael Triangto,
SpKO selaku Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga. Hadir juga Dr. Dwi Yuniarti
Daulay M. Kes yang berstatus sebagai Pengurus Himpunan Studi Obesitas
Indonesia.
Tunggu postingan saya selanjutnya
tentang tiga topik di bawah ini, yaaaa…
- PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OBESITAS
- GIZI SEIMBANG ANAK & DEWASA UNTUK CEGAH OBESITAS
- AKTIFITAS FISIK PADA DEWASA & ANAK UNTUK CEGAH OBESITAS
**********
Labels:
BEAUTY & DIET
beauty and health
body image
Children
DOMESTIC GODDESS
Event
Teen
TIPS
Tween
Working Mom
15 comments
disekolah raffi, semua badane gede2 gemuk2 tapi kebantu susu semua. tadinya aku pengen nyobain susuformula yang mereka pake biar badane gede...cuma kok nanti malah takut susah makan ya. secara raffi aman makannya ga pernah nolak :v... tapi emang iya teman2 raffi pada susah maemnya jadi susu aja terusan.
BalasHapuspola makan yang kurang bener kan bisa obesitas juga kan?
Dari dulu Raya selalu makan makanan rumah & ngga pernah jajan, plus selalu disodorin buah & sayur. Alhamdulillah sekarang anaknya ga doyan jajan, apalagi makan junk food, dan jarang makan cemilan2 dari goodie bag ultah yg kurang sehat. Orangtua wajib ngajarin pola makan sehat pd anak, jangan sampe mau anak sehat tapi pola makan orang tua jg ngga bener :)
BalasHapusOrang sering salah kaprah ya anak yang gemuk itulah yang sehat, padahal kegemukan juga bikin anak makin beresiko kena penyakit tertentu. Anakku dulu ndut dan sekarang langsing (klo ngga mau dibilang kurus LOL) tapi anaknya aktif dan sehat, jadi yasudahlah ngga ngoyo lagi pingin dia endutan, hehehe.
BalasHapus@suria riza
BalasHapusEchaaaa, Raffi tuh badannya udah bagus, sekel dan langsing...tinggal dijaga aja asupannya biar seimbang, sama aktifitas fisiknya juga...
@Sandra
BalasHapuswaaa Raya hebat bangettt.., ini tiga krucil di rumah cuma dua yang bisa dipaksa makan sayur, yang satu lagi susyaaaahhh :(
@Lisna Ardhini
BalasHapuswahhh keren Lis bisa jadi langsing gitu, bagi2 tipsnya doongg.. :)
Banyak aktivitas di luar ruangan dan kurangi penggunaan gadget, Noted Mba :)
BalasHapusiya nih..adikku itu lagi kupantau berat badannya...
BalasHapusSalam kenal mbak. Dulu aku ada murid private masih SD yang susah kali minum air putih, hobinya Kalo makan nasi harus pake minuman bersoda. Dampaknya sekarang baru keliatan. Nggak gemuk sih, tapi masih muda sudah kena diabetes. Itu penyakit mematikan secara gak langsung. Denger berita ini aku jadi kasihan, padahal dari awal awal sudah tak ingetin. Tapi kadang orang tua kelewat sayang anak jadi salah. Maksudnya mungkin baik tapi nggak tahunya efeknya dibelakang.
BalasHapus@Ani Berta
BalasHapusyes, betul tehhh.. mudah2an kita semua bisa lebih aktif dan sehat yaaa...
@Mutia Nurul Rahmah
BalasHapusiya mba, lbh baik pantau dari sekarang sebelum terlambat..
@iyahyuktravelling
BalasHapusyesss, betul banget, itu nanti ada bahasannya juga dari mba Rita, salah satu narasumber tentang fralse parenting dan sayang yg nggak pada tempatnya malah nyebabin anak jadi gemuk atau penyakitan
Padahal kan kalo anak gendut2 gitu lucu yaaa, ternyata ngak sehat ihik ihik
BalasHapus@Cumilebay MazToro
BalasHapusish mas Cumi ahhh...
Duh, perjalananku masih panjang, akunya baru mau lahiran, huhuhu
BalasHapusSalam,
Ara