Bakti Bagi Bumi, Oleh-oleh Perjalanan Saya dari Citeureup
Entah kenapa, sejak dulu, saya
selalu tertarik dengan kegiatan sosial termasuk CSR yang ada di sekitar saya.
Jadi, saat mendapat undangan jalan-jalan sambil melihat Sekolah Magang Indocement
(SMI) serta Gerakan Masyarakat Mandiri (Gemari) di Citeureup beberapa hari yang
lalu, saya langsung bersemangat sekali.
Pagi-pagi, kami semua sudah
berkumpul dan naik bis sehingga sekitar jam 9 kami sudah sampai di lokasi,
yaitu kawasan industri Citereup. Kami disambut oleh Ibu Dani Handajani beserta
staff Indocement lainnya.
Sambil menikmati snack pagi, kami
mendengarkan paparan Bu Dani mengenai Indocement dan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
yang sudah mereka lakukan. Yang menarik perhatian saya adalah cerita tentang
desa-desa binaan Indocement, Gemari, serta SMI-nya.
Yang saya tangkap, semua kegiatan
CSR yang dilakukan Indocement adalah CSR yang berkelanjutan, yang memang
menyiapkan peserta binaannya untuk dapat hidup mandiri bahkan bisa menularkan
keahliannya kepada orang lain juga sehingga makin banyak orang yang terpapar
ilmu yang sudah dibagikan lewat desa-desa binaan, Gemari, mau pun SMI.
SEKOLAH MAGANG INDOCEMENT - SMI
Usai menikmati camilan dan mendengarkan
sambutan dari pihak Indocement, kami pun langsung meluncur ke SMI yang berada
di lokasi yang sama dan hanya berjarak sekitar 5 menit dengan bis. Di sana
kebetulan sedang ada siswa pertukangan yang akan belajar.
Sebelum mereka praktek belajar, kami
berbincang-bincang dulu dengan mereka dan staff yang mengajar, saat itu hadir
juga Pak Teddy (jabatan & keahlian) yang mengajar murid-murid SMI jurusan
pertukangan ini.
Beberapa orang yang berbagi
testimoni pengalaman mereka selama dan sesudah mengikuti SMI cukup beragam dan
menarik. Ada Pak Abdul Azis, alumni pertukangan batch pertama yang sekarang sudah sukses sebagai seorang pemborong.
Selain mendapat banyak proyek pekerjaan
setelah lulus, ia pun bisa mengajak saudara serta kenalannya untuk bekerja bersamanya. Ilmu yang ia dapatkan di SMI telah
meng-upgrade dirinya dari tukang bangunan serabutan menjadi seorang
pemborong seperti sekarang ini.
“Dulu
kerjaan sepi, setelah ikut SMI bagian pertukangan,
hape krang kring krang kring melulu…”
Abdul Azis, Pemborong Bangunan.
hape krang kring krang kring melulu…”
Abdul Azis, Pemborong Bangunan.
Pak Abdul Aziz |
Pertama kali ia ikut jurusan
pengelasan, namun hasilnya kurang baik. Setelah beberapa lama, lewat seleksi
lagi, ia berhasil masuk jurusan pertukangan dan hasilnya sangat signifikan.
Ilmu yang didapatnya membuat ia bisa bekerja sebagai instruktur di sebuah
Sekolah Menengah Kejuruan.
Intinya, menurut Mas Anto,
dukungan dari Indocement kepada masyarakat sekitar lewat SMI sangat membantu
orang-orang seperti dirinya dan ia serta rekan-rekan yang lain snagat berterima
kasih akan hal ini.
GERAKAN MASYARAKAT MANDIRI - GEMARI
Berikutnya, kami menuju ke GEMARI
atau Gerakan Masyarakat Mandiri yang berlokasi di Kampung Pasir RT 13 RW 05,
Desa Banjarjati Kecamatan Klapanunggal yang letaknya di sekitar kawasan
Indocement.
Gemari sudah mulai aktif sejak
tahun 2009 di area seluas 1.200 M2 dan awalnya hanya bergerak di
bidang servis motor. Lalu pada tahun 2012 dan 2014 mulai ada kegiatan kerajinan
tangan dan ikan hias.
Gemari bergerak pada empat
bidang, yaitu pelatihan bengkel sepeda motor, inkubator plasma bengkel sepeda
motor, pelatihan dan usaha kerajinan tangan, serta pelatihan dan pengembangan
usaha ikan hias yang sampai di ekspor ke luar negeri. Omzet rata-rata dari ke
empat bidang ini mencapai 16juta rupiah per bulannya.
BAKTI BAGI BUMI
Di awal artikel saya menyinggung
tentang desa-desa binaan Indocement yang jumlahnya sekitar 17 desa, ternyata
saat kami di sana, kami diberi sebuah buku yang menurut saya sangat inspiratif,
yaitu tentang kampung-kampung pelindung dan pengelola lingkungan.
Salah satunya adalah kampung
Nambo yang lokasinya juga dekat dengan area pabrik. Kampung Nambo berusaha
untuk ‘melawan’ dampak dari perubahan iklim dengan terus menghijaukan minimal
daerah mereka sendiri terlebih dahulu.
Beberapa hal yang mereka lakukan
adalah dengan menanam padi dalam ember, bercocok tanam sayuran, beternak ikan
mas di kolam-kolam tepi sawah, dll, di mana segala aktivitas ini dilakukan di
lahan yang terdesak oleh industrialisasi.
Kampung Nambo hanya salah satu
dari kampung-kampung lain di desa Bantarjati, kecamatan Klapanunggal yang
warganya menerapkan berbagai cara untuk mengadaptasi dan memitigasi perubahan
iklim.
Cerita perjalanan singkat saya ke
Citeureup ini benar-benar hanya mengupas sebagian kecil tentang CSR Indocement
yang berkelanjutan, dan saya berharap bahwa kegiatan-kegiatan tersebut akan
terus membawa kebaikan dan keberkahan bagi masyarakat.
Semoga Indocement dan
perusahaan-perusahaan lainnya yang melakukan hal yang sama akan terus mendapat
dukungan dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan yang berkelanjutan
yang juga merupakan bakti tak ternilai bagi bumi tempat kita tinggal.
*********
6 comments
Program CSR yang mulia dan terbukti memberdayakan masyarakat. Tempatnya bikin inget terus ya Mba. Asri, luas dan penuh inspirasi.
BalasHapusiyaa.. perjalanan kemarin itu ngademin hati dan mata juga teh, hihihi..
HapusSuatu kehormatan bisa ikut ke Sekolah Magang Indocement
BalasHapusitu jadi salah satu pengalaman berharga bagi saya karena bisa melihat langsung program CSR dari perusahaan yang menyentuh masyarakat
terbukti, dengan mengikuti SMI, alumninya punya bekal untuk bekerja secara profesional
yes, betul banget mas Huda..
Hapusseru banget ya mba ikutan ini, bisa tau cara kerja di pabrik dll
BalasHapusiyaa Aie... seru dan ademmm.. ;p
Hapus