Masih Menolak Imunisasi? Coba deh, Baca Artikel Ini ...
Imunisasi, salah satu cara saya melindungi mereka ... |
Sebel ngga ngeliat hoax soal imunisasi?. Saya, sih, kesel pake banget, karena dampaknya yang tidak cuma merusak rencana pemerintah untuk memunahkan suatu penyakit dari bumi Indonesia tapi juga dampaknya pada orang-orang yang kurang mengerti dan kemudian malah menjadi korban.
Bayangkan saja, biaya melakukan vaksinasi serentak di Indonesia yang entah berapa banyak, lalu tak berjalan lancar atau kurang berhasil karena ulah orang-orang yang tak bertanggung jawab. Jahat banget, nggak, sih?.
Maaf ya kalo kedengarannya saya nyinyir di postingan ini (sekali-kali aja kok saya begini, hehehe), tapi sebagai ibu beranak tiga saya bisa merasakan betul manfaat imunisasi dan beberapa kali melihat hal menyedihkan yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi.
Beberapa tahun lalu, saat saya masih tinggal di dekat rumah mama di Pondok Cibubur, saya punya tetangga yang perkembangan kakinya tidak sempurna karena terkena polio. Gadis muda itu kurang lebih berumur belasan tahun saat saya mengenalnya. Gadis yang cantik dan ramah, namun jarang sekali keluar rumah karena kakinya yang kecil sebelah dan harus menggunakan bantuan tongkat jika ingin berjalan keluar rumah.
Duhhh, sedihhh banget, apalagi kalau ibu si gadis sudah mulai bercerita tentang betapa dulu sudah segala cara mereka lakukan demi menyembuhkan si anak, dari ke rumah sakit-rumah sakit sampai ke dukun! dan menghabiskan rumah serta tanah mereka di kampung. Ya Allah.. saya nggak akan pernah lupa situasi itu, di mana saya diam-diam meneteskan air mata dan hanya bisa berdoa dalam hati semoga gadis kecil itu tumbuh dengan sehat dan percaya diri terlepas dari kondisi kakinya itu.
Sejak saat itu, saya bertekad untuk memberi vaksin pada anak-anak saya serta memberi informasi kepada orangtua lain tentang pentingnya kesehatan secara umum termasuk soal imunisasi ini.
Kebetulan sekali, setelah aktif ngeblog saya berkesempatan menghadiri banyak acara KEMENKES yang informatif dan edukatif. Hal ini membuat saya merasa peran saya sebagai blogger terutama sebagai Blogger Kesehatan semakin terasa penting.
Bersama beberapa Blogger Kesehatan saat sedang berkunjung ke Semarang bersama Kemenkes. |
SITUASI KESEHATAN ANAK DAN IMUNISASI DI INDONESIA
Bicara soal pentingnya imunisasi pada anak, kebetulan sekali minggu lalu saya hadir di acara Pekan Imunisasi Dunia yang diadakan di kantor IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) di Salemba, Jakarta.
Dalam acara tersebut dikemukakan bahwa imunisasi menyelamatkan jutaan nyawa dan secara luas diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling berhasil dan efektif di dunia. Namun sayangnya masih ada sekitar 19 juta anak di dunia yang tidak divaksinasi atau vaksinnya belum lengkap. Tentu saja hal ini membuat mereka beresiko menderita penyakit-penyakit yang berpotensi mematikan.
Vaksinasi tidak hanya mencegah penderitaan dan kematian yang terkait dengan penyakit menular seperti tbc, diare, campak, pneumonia atau infeksi paru-paru, polio, serta batuk rejan. Vaksinasi juga membantu mendukung prioritas nasional seperti pendidikan dan pembangunan ekonomi, lho ...
Kenapa begitu? menurut saya, dengan berkurangnya penyakit-penyakit menular serta generasi yang makin sehat, tentu saja pemerintah bisa mengalokasikan dananya untuk pendidikan serta pembangunan ekonomi.
Sayangnya, fakta mengenai imunisasi masih kurang baik. Sekitar 19,5 juta bayi di dunia masih melewatkan imunisasi dasar. Sekitar 60% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara yaitu Angola, Brazil, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Iraq, Nigeria, Pakistan, Afrika Selatan, dan Indonesia.
Duhh.., ternyata Indonesia merupakan salah satu negara yang masih banyak melewatkan imunisasi, nih. Pada tahun 2014-2016 terdapat lebih dari 1,7 juta anak Indonesia yang belum mendapat imunisasi termasuk yang imunisasinya tidak lengkap.
Alasan para orangtua yang menolak imunisasi atau memberikan imunisasi yang tidak lengkap sangat beragam. Ada yang beralasan bahwa anaknya jarang terkena penyakit sehingga tidak membutuhkan imunisasi. Padahal menurut saya, semakin jarangnya bayi dan balita terkena penyakit apalagi yang menular adalah karena peran imunisasi juga.
Saat bayi dan balita semakin banyak yang diimunisasi artinya semakin banyak anak yang terlindungi, semakin sedikit kemungkinan mereka menularkan suatu penyakit pada anak lainnya. Ini berkaitan dengan 'imunitas kawanan' yang akan saya jelaskan nanti.
Alasan lainnya yang sering saya dengar dari beberapa orang yang takut mengimunisasi anaknya adalah kekhawatiran bahwa imunisasi punya efek samping serta menyebabkan autisme. Dari literatur yang saya baca, tidak pernah ditemukan bukti yang valid soal imunisasi yang memicu autisme.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 beberapa alasan yang menyebabkan bayi tidak diimunisasi antara lain orangtua takut anaknya menjadi panas karena imunisasi. Padahal panas atau demam adalah reaksi tubuh yang normal paska imunisasi.
Keluarga tidak mengizinkan, sibuk, anak sering sakit, lokasi imunisasi juga seringkali menjadi alasan utama mengapa mereka tidak mengijinkan anaknya diimunisasi.
Nah, disinilah peran kita, sebagai masyarakat yang lebih tahu, untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya imunisasi, apa saja yang biasa terjadi paska imunisasi, di mana tempat-tempat imunisasi, dll. Sebagai blogger, saya ingin ikut berpartisipasi menyebarkan informasi penting ini lewat tulisan di blog saya ini, semoga berguna, yaa...
Dalam kesempatan yang sama, DR.Dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.TropPaed, Ketua Komite Nasional Pengkajian dan Penatalaksanaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI), memaparkan soal pentingnya vaksin bagi anak dan soal keamanan imunisasi itu sendiri.
Di sesi ini saya benar-benar mendengarkan dengan serius karena selain informasinya penting sekali, saya juga ingin mendapat gambaran yang jelas tentang bagaimana sebenarnya keamanan imunisasi itu.
Menurut Dr. Hindra, pembuatan vaksin itu melewati dua tahap yang sangat ketat dan panjang, di mana tahap pertama atau preklinik yaitu riset yang dilakukan di laboratorium dan pada binatang. Termasuk di dalamnya identifikasi dan penemuan antigens, kreasi konsep vaksin, evaluasi khasiat vaksin di laboratorium dan pada binatang.
Berikutnya adalah tahap klinik di mana vaksin diujikan pada manusia. Untuk sampai ke tahap ini diperlukan waktu bertahun-tahun dimulai dari fase I sampai fase IV. Sebenarnya cukup panjang pokok bahasan soal pembuatan vaksin ini, intinya vaksin sudah melalui tahap yang panjang sehingga bisa dipastikan aman bagi penerimanya.
Selain itu, dr. Hindra juga bicara soal KIPI atau Kejadian Ikutan Paska Imunisasi. KIPI adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, yang menjadi perhatian dan diduga berhubungan dengan imunisasi, bisa berupa gejala, tanda, penyakit atau hasil pemeriksaan laboratorium.
Jadi, jika terjadi KIPI akan ada komite yang melakukan pengkajian untuk penanggulangan laporan khusus yang diduga KIPI. Deteksi dan pelaporan KIPI merupakan langkah awal untuk memperkuat monitoring keamanan vaksin. Dengan meningkatnya keamanan vaksin, keamanan pasien pun pasti juga akan meningkat.
Kesimpulannya, vaksin aman serta efektif . Proses produksi vaksin pun sudah melalui riset yang panjang serta menggunakan standar Good Clinical Practive dan berdasar etik yang ketat. Setelah mendapat lisensi bukan berarti pengawasan berhenti sampai di situ saja, vaksin tetap dipantau baik oleh pemerintah melalui BPOM, juga melalui badan-badan independen lain yang kompeten, seperti KOMNAS PP KIPI.
Sesi tanya jawab bersama nara sumber di Pekan Imunisasi Nasional 2018. |
PENTINGNYA IMUNISASI DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK DAN AGAMA ISLAM
Seminar tentang imunisasi kali itu makin lengkap dengan dihadirkannya DR.H.M. Asrorun Ni'am Sholeh, MA, yang berbicara soal imunisasi dari perspektif Islam.
Pemerintah sendiri turut memastikan bahwa bahan imunisasi harus aman dan SESUAI DENGAN NORMA AGAMA. Pasal 153 "Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu, efektif, terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit menular melalui imunisasi."
Pasal 2 UU Kesehatan dengan tegas menyatakan bahwa salah satu asas pembangunan kesehatan adalah NORMA AGAMA. Pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan menghormati agama yang dianut masyarakat.
Namun ada pengecualiannya dalam agama Islam, dikatakan bahwa dalam situasi tertentu dimungkinkan mengonsumsi hal yang najis dan diharamkan karena ada tujuan yang lebih besar, mencegah bahaya yang lebih fatal, seperti cacat, sakit parah, hingga kematian.
Hal ini bisa dilihat dari yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Menurut HR. Al-Bukhari, sekelompok orang dari suku Uki atau Urainah datang dan ternyata mereka tidak cocok dengan udara Madinah dan jatuh sakit. Nabi menyarankan orang yang sakit itu diberi susu unta perah dan air kencing unta.
Tahun 2002 ada Fatwa MUI mengenai penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV), dikatakan bahwa pada dasarnya penggunaan obat-obatan termasuk vaksin yang berasal dari benda najis atau tekena benda najis adalah HARAM. Tapi, pemberian vaksin IPV pada anak-anak yang menderita immunocompromise pada saat ini DIBOLEHKAN sepanjang belum ada IPV jenis lain yang berbahan suci dan halal.
Dari hal-hal di atas, harusnya kita sudah merasa tenang dan aman karena pastinya, tidak mungkin pemerintah akan mengijinkan jika imunisasi tidak sesuai dengan norma agama kita.
Kembali soal imunisasi sebagai perlindungan, saya ingin menyampaikan paparan Dr. Vinod Kumar Bura selaku Medical Officer, EPI World Health Organization Indonesia saat ia menjelaskan soal herd immunity atau imunitas kawanan.
Ilustrasi yang menjelaskan soal herd immunity atau imunitas kawanan |
Imunitas kawanan adalah bentuk dari perlindungan tak langsung dari penyakit-penyakit menular yang terjadi saat mayoritas populasi sudah imun atau kebal terhadap infeksi, sehingga dengan sendirinya turut melindungi orang-orang yang belum imun.
Saya menemukan gambar di Wikipedia yang menjelaskan secara sederhana tentang imunitas kawanan ini.
Seperti terlihat di gambar di atas, saat tak ada yang diimunisasi, penyakit menular akan dengan sangat mudah menyebar di masyarakat. Saat sebagian masyarakat diimunisasi, penyakit menular akan menyebar di sebagian masyarakat. Saat mayoritas masyarakat sudah diimunisasi, penyebaran penyakit menular dapat dengan mudah dikendalikan.
Jadi sangat jelas kan bahwa imunisasi memang memberikan perlindungan kepada masyarakat khususnya anak-anak kita.
Sekarang tinggal peran kita di dalam masyarakat untuk saling memberi informasi yang baik agar Indonesia Sehat serta mencapai imunisasi lengkap sehingga bisa bersama melindungi dan terlindungi.
31 comments
Manfaat vaksin itu banyak banget, soalnya ada sodara jauh yang pernah ga vaksin, jadi ada sedikit masalah kesehatan. Semenjak itu, kalau ada yang lahiran suka diingatkan harus vaksin ama sodara saya ini.
BalasHapusiya betul mba Lis..
Hapussetuju! imunisasi penting banget!Bahkan barusan aja baca di facebook, di Aceh lagi banyak kasus rubella :(
BalasHapusGimana Indonesia mau maju kalau generasi penerusnya sakit?
duhh, iya, penyakit yang udah jelas bisa dicegah dng imunisasi itu...
HapusYa allah masih ada di ya , orang takut di imunisasi. Pemerintah menjaga agar warga negara sehat makanya menyediakan vaksin yang aman buat generasi mendatang.
BalasHapusKetakutan orangtua sebaiknya banyak baca dan banyak bertanya pada dokter.
iya, banyak baca, cari info sana-sini, tanya dokter, dll, ya po..
HapusAlhamdulillah saya ga ragu untuk lakukan imunisasi kepada anak saya, meski banyak kabar miring mengenai imunisasi di luar sana.
BalasHapussemoga anak2 kita semua sehat2 ya mba....
HapusBenar.
BalasHapusLalu mereka bilang anaknya baik-baik aja walaupun ga divaksin. Padahal itu rezekinya dia karena sekeliling udah kebal dan penyakit ga berkembang. :(
nahhhhhh......
HapusSedih banget kalau liat viral imunisasi justru hoaxnya. Bukan realnya. Yuk akh sebarkan terus manfaat imunisasi.
BalasHapusbetul banget mba Gita ...
HapusDuh, setuju banget. Kalau punya anak nanti juga aku fixed bakal lengkapin imunisasinya sebisa mungkin.
BalasHapussemangattt...
HapusImunisasi itu salah satu ikhtiar biar anak2 sehat, itu sih klo aku. Aku ttp imunisasi kok, ga percaya hoax jg wkwk
BalasHapusiya, kita wajib berusaha ya, Allah yang menentukan...
Hapusaneh emang deh yg nyebar-nyebarin hoax, maksudnya apa coba. Masa iya anak jangan dikasih divaksin karena haram. Ntar kalo anaknya sakit nyalahin lagi, gitu aja terus hadeuuhh
BalasHapusiya ya huhuhu...
HapusSo far, imunisasi menjadi pro kontra, penting banget edukasi dan sosialisasi digalakkan ya kak
BalasHapusiya mas Agung. Pro kontra itu biasa, tinggal bagaimana kita semua ngambil jalan tengah buat kesehatan anak2 kita ...
HapusMasih ada mbaaa di sekitar aku yang anti vaksin. Aku gemes banget. Bukannya apa-apa, karena bisa jadi mereka memberika dampak negatif pada kesehatan orang-orang di sekitarnya itu looh.
BalasHapusnahhh ituuu...
HapusAlhamdulillah kami sekeluarga selalu mendukung haidar (5tahun) imunisasi lengkap. Bahkan kemarin baru imunisasi difteri 2 haidar dan alhamdulillah sehat terus anakku
BalasHapusalhamdulillahhh...
Hapussebuah pencerhan dari mba zata.. kereen
BalasHapusmakasih bang Doel ..
HapusJaman baru punya anak, aku lebih milih mengikuti saran dokter jadi anakku diberikan vaksin dan imunisasi sesuai dengan apa yang terdapat pada buku perkembangan anak. Karena vaksin juga bisa memicu "mom war" hahahahahaaa
BalasHapusKebetulan saya pro imunisasi anak-anak. Dampaknya saya rasakan sekali, mereka masih sehat-sehat saja sampai sekarang.
BalasHapusKalau saya pro dengan imunisasi. Sangat disayangkan buat mereka yg nggak pro. Efeknya kan nanti bakalan merepotkan ya.
BalasHapusminggu lalu aq ke batam kak zata, dan dibandara ada semacam tv yang berisi iklan imunisasi MR yang ada grace melia, aq senang nontonnya karena ternyata bahkan di bandara pun ada informasi untuk imunisasi MR ini tapi ternyata temen aq yang di batam kurang setuju dengan imunisasi MR ini karena menurut dia, dan berdasarkan apa yang di baca dan tahu imunisasi ini justru membuat anak malah jadi sakit. aq agak berdebat sedikit sih dengan teman ini, tapi memang sepertinya kalah viral yah program pemerintah untuk imunisasi MR ini dengan hoax yang telah beredar di masyarakat.
BalasHapusthanks for sharing kak zata, tambah ilmu baru lagi agar lebih bisa meyakinkan orang lain untuk pro dengan imunisasi.
waahh makasih udah sharing juga May.. iya pe er banget buat ngeyakinin orang soal ini, but at least we try our best yah..
Hapus