My (early) Journey to Have Simpler, Fuller Life .. | Tjurhat


Bulan ini saya sangat mengurangi kegiatan di luar rumah (believe me, yang kalian lihat di medsos saya, terutama IG mostly adalah postingan2 yang memang sudah dijadwalkan karena tuntutan pekerjaan).

Bulan ini saya juga sedang mengikuti yoga teacher training yang ke dua (two modules to go, bismillah) yang membuat saya agak keteteran karena pe er training dan pe er tulisan, foto, video, dll, yang masih belum semua tuntas. Saya tetep ngambil beberapa job event, sih, tapi paling seminggu sekali aja..

Anyway, saya mau cerita bahwa selama 'bersemedi' ngurangin kegiatan baik online dan offline (tapi tanpa mengingkari profesi saya sebagai blogger dan content creator yang memang mencari segenggam berlian dari dunia digital, ya, hehehe..), saya mengalami a-ha moment di mana saya kembali memikirkan prioritas hidup saya. 

Yes, beberapa bulan terakhir saya akui bahwa saya cukup tertekan dengan beberapa hal, duniawi banget, masalah materi karena anak-anak yang makin membutuhkan biaya besar, beberapa cita-cita yang belum tercapai, sampai perasaan 'hampa' yang kadang menghampiri entah kenapa.

Saya sampai bikin check list tentang betapa beruntungnya saya, dikarunia tiga anak yang sehat, suami yang baik, fisik yang lumayan fit, pekerjaan yang sesuai banget dengan passion saya, eksistensi di dunia pekerjaan yang makin meningkat sejalan dengan tawaran-tawaran endorsement yang menggiurkan, lalu apa lagi yang bikin saya galau? apa yang bikin saya kadang merasa ada yang kurang?

Saya pun memakai waktu saya untuk berpikir, hampir tanpa henti karena rasanya otak ini berputar otomatis sampai2 saya berharap ada tombol on off buat otak biar gak capek mikir, biar bisa tidur, dll, dll. So hasilnya, saya hanya ingin hidup yang lebih sederhana, meski sudah lumayan merasa content alias puas dengan hidup yang saya jalani, tapi saya ingin hidup lebih 'puas'  dan lebih bermakna lagi. 
Saya mengatur ulang prioritas hidup saya ...

Lalu apa yang saya lakukan?

Ikut pengajian lagi
Bukan berharap pujian, tapi saya kembali berusaha ikut acara pengajian yang sempat saya tinggalkan karena kesibukan. Saya mualaf dan begitu banyak ketertinggalan yang saya anggap wajar, lalu datang satu a-ha moment lain saat si bungsu mengingatkan kami sekeluarga untuk sholat. Saat si bungsu memperdengarkan hafalan surat-surat yang mengalir begitu indah dari suara kecilnya yang renyah. Betapa remehnya alasan saya sebagai mualaf? si kecil saja yang jarang saya ajari sudah bisa menguasai surat-surat tersebut dan memiliki pengetahuan agama yang tidak saya duga-duga.

Dan yang tak henti-hentinya membuat saya dan suami takjub, si bungsu yang selalu antusias mendengar khotbah ustadz selama 2 jam tanpa beranjak dari tempat duduknya. Ya Allah, sementara saya yang di awal pengajian masih bolak-balik mengecek hape, dia mendengarkan ceramah ustadz sambil sesekali menimpali dan menjawab jika ada pertanyaan. Begitu indahnya cara Allah mengingatkan saya ... 

Reconnect with my old friends
Saya menghubungi teman-teman lama yang sempat saya 'lupakan' lagi-lagi karena kesibukan. Teman-teman yang begitu berharga, yang menjadi salah satu pembentuk saya saat ini. Teman SD, teman SMP, SMA, kuliah, dan beberapa teman kerja, bahkan teman blogger yang kerap saling sapa di dunia maya namun jarang bertemu di dunia nyata :), yes, you all knew who you are, kan?

Menonaktifkan beberapa akun sosmed
Awalnya saya punya lebih dari satu akun personal IG, lalu yang satu saya nonaktifkan dan kemudian saya ganti menjadi akun untuk usaha. Kalo Path mah, udah sejak kapan tau saya nonaktifkan, hehehe. Lebih plong rasanya...

Keluar dari beberapa grup WA dan FB
Bukan tidak ingin menjaga silaturahmi, tapi terlalu banyak grup membuat saya sering terdistraksi. Namanya manusia, kadang melihat sosial media orang saja bikin perasaan campur aduk apalagi ditambah dengan grup-grup yang kadang juga nggak efektif untuk menjalin silaturahmi.

Saya tetap mempertahankan beberapa grup WA yang menurut saya berguna dan bermanfaat untuk diri saya dan anggota grup tersebut.

Lebih ramah di sosial media
Jujur saja, kadang karena kesibukan, basa-basi saya di sosmed ya gak jauh-jauh dari hubungan kerja. Tapi sekarang saya berusaha menikmati dan menyapa serta berkomentar di sosmed teman, kenalan, dan rekan kerja secara lebih 'pure'. Bukan berarti sebelumnya nggak murni, tapi saya benar2 berusaha menyapa dari hati. Jadi jangan kaget kalo tetiba saya komen padahal biasanya ngga ya ;p

Tambah bersyukur lagi
Lebih bersyukur LAGI. Saya merasa saya orang yang selalu bersyukur, tapi alangkah nikmatnya saat saya makin makin dan makin bersyukur lagi. Hidup terasa lebih indah dan sederhana, nggak complicated seperti sebelumnya.

Sekian dulu cerita tjurhat kali ini, nanti disambung lagi yaa..

Salam,
Zata

*****

1 comments

  1. That's true ya Mbak.
    Ada kalanya kita merasa tertekan banget dengan kondisi yang ada.
    Dan balik lagi.. mendekatkan diri sama Sang Pencipta akan bikin hati jauh lebih bersyukur.

    Saya juga pernah ngalamin kondisi spt itu. Dan beberapa yg mbak Zata lakukan juga saya lakukan.

    Seperti nonaktifkan akun sosmed, dan keluar dari beberapa group WA.
    It works kok hehehe..

    Semangaaatttt Mbak Zata (",)

    BalasHapus