Tetap Optimis Berinvestasi

Saya sudah bicara tentang keuangan dan investasi pada si sulung.

Sebagai seorang ibu dari tiga anak di mana satu di antara mereka sudah besar - meski masih bersekolah tapi juga sudah mulai mengambil pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minatnya, saya sangat concern dengan pendidikan keuangan dan investasi bagi mereka.

Bagi saya, semakin cepat anak-anak diberi edukasi tentang investasi dan keuangan akan lebih baik bagi masa depan mereka nantinya. Karena saya sempat membaca sebuah literatur yang mengatakan bahwa generasi sekarang, terutama generasi millenial dan generasi Z, adalah generasi yang paling bagus secara pendidikan, namun secara penghasilan, mereka masih kalah dibanding generasi sebelumnya. Duhhh…

Otomatis saya banyak belajar dan mencari tahu tentang investasi dan keuangan, tidak hanya untuk kepentingan saya dan suami, tapi saya berharap, apa yang saya pelajari dan praktikan juga berguna bagi anak-anak saya dan kalangan millenials lainnya.

Kesulitan yang dialami oleh kalangan millenials saat ini terjadi salah satunya karena skills atau kemampuan yang diharapkan dari seorang pekerja kini makin bertambah karena untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membutuhkan fisik sudah banyak digantikan oleh robot dan mesin, bahkan customer service pun sudah banyak diambil alih oleh mesin.

Selain itu juga banyak bermunculan profesi baru yang tidak ada di generasi sebelumnya, sebut saja Social Media Manager, Community Manager, dst-nya, di mana dalam profesi-profesi baru tersebut tidak dibutuhkan untuk berkantor dan kadang tunjangan serta fasilitas dari perusahaan pun tidak sama seperti bekerja fulltime di kantor.

Tak hanya itu, gaya hidup juga mempengaruhi mengapa sampai banyak millenials yang mengalami kesulitan keuangan. Pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan seringkali terjadi karena gaya hidup yang konsumtif. Penggunaan kartu kredit yang tidak pada tempatnya hingga gaji yang memang terlalu kecil untuk hidup di kota besar.

Yang paling parah adalah kurangnya pengetahuan akan investasi dan keuangan yang menyebabkan banyak millenials tidak memiliki investasi. Jangankan investasi, tabungan darurat pun tak punya. Hal ini pastinya meresahkan kita semua. 

Hemat dan bertanggungjawab soal keuangan sudah seharusnya dipahami oleh anak muda. (sbr gbr bing.com)

Berikut beberapa tips yang bisa saya bagikan buat para millenials…

HEMAT
Basi? Memang, tapi ini yang paling benar menurut saya. Hemat bukan berarti pelit yaaa.. Hemat artinya mengeluarkan uang sesuai keperluan. Kalau memang perlu beli sepatu mahal untuk bekerja, kenapa tidak? Namun jika sehari-hari harus minum kopi di coffee shop mahal hanya karena doyan dan seru-seruan bareng temen kantor, rasanya perlu dipikirkan lagi, deh.

JANGAN LEBIH BESAR PASAK DARI PADA TIANG
Alias jangan biarkan pengeluaran kita lebih besar dari pendapatan. Susah? Memang perlu kemauan keras untuk melakukan hal ini, saya pun masih terus belajar, tapi saat hal ini bisa kita aplikasikan dalam hidup, rasanya tenang dan nyamannn sekali, cobain deh.

HINDARI BERHUTANG
Percaya atau tidak, saat berhenti bekerja kantoran beberapa tahun lalu, saya menggunting 5 kartu kredit saya ! Yes, pemikiran saya saat itu adalah, dengan gaji dua digit saja saya masih kesulitan membayar hutang-hutang kartu kredit saya, apalagi bekerja freelance? Meski pada prakteknya ternyata pekerjaan freelance saya menghasilkan lebih banyak dibanding saat masih ngantor, namun saya tetap menghindari memiliki hutang, terutama kartu kredit.

Tentunya ada saat hutang diperlukan, misalnya untuk modal bisnis, namun tetaplah hati-hati, jangan sampai terjerat.

PUNYA PENDAPATAN TAMBAHAN
Di era sekarang ini, seperti saya tulis sebelumnya, ada banyak pekerjaan baru yang bahkan bisa dikerjakan secara remote. Ambil pekerjaan tambahan yang tidak mengganggu pekerjaan utama. Penghasilan ini bisa jadi tabungan, investasi, ataupun untuk mencicil hutang.

BERINVESTASI
Sebagai seorang financial planner bagi diri sendiri, saya, dan tentu saja kalian para millenials perlu sekali mempertimbangkan soal investasi. Menabung baik untuk jaga-jaga dan sebaiknya sisihkan 20% untuk menabung. Sisanya? Jangan semua buat konsumsi, sisihkan 30% untuk investasi.

Ide investasi ada macam-macam, silakan dikulik satu-satu sesuai keinginan dan kebutuhan kalian. Dari yang saya pelajari di SPM, untuk saat ini investasi emas sudah stagnan. Jika ingin cari yang aman, obligasi bisa jadi pilihan karena dijamin oleh negara.

Ada pula investasi saham. Investasi ini dikenal high return, high risk. Memang benar, namun risiko bisa diminimalisir. Di setiap usaha yang kita jalankan pasti ada risikonya, namun kabar baiknya di saham, risikonya tidak lebih besar dari usaha lainnya.

Jika ingin saham syariah juga banyak yang listing, kok, karena ada sekitar 62% saham syariah. Pajak saham pun sudah final ditambah lagi penyelesaian transaksi relatif cepat yaitu T+2, jadi bisa dikatakan saham adalah investasi yang paling liquid. 

Dari pengalaman saya menjalani investasi saham selama hampir 6 bulan ini, dari berinvestasi dalam jumlah kecil sampai akhirnya memberanikan diri berinvestasi saham dengan jumlah yang lebih besar apalagi di tengah market yang sedang merah seperti saat ini, saya belajar banyak bahwa penting sekali untuk tidak panik serta terus menganalisa pasar. Jangan lupa juga untuk berdiskusi serta mencari masukan dari sekuritas sehingga kita bisa tetap berinvestasi dengan aman di situasi seperti ini.

Eh, eh…saya malah mau kasih bocoran nih buat teman-teman yang mau berinvestasi saham, dalam situasi seperti ini di tengah masalah Covid-19 dan imbasnya pada banyak hal, berinvestasi saham malah jadi kesempatan emas karena market sedang murah-murahnya.

Optimis aja dan anggap ini sebagai peluang yang tidak datang setiap tahun (jangan sampe, sih ada Covid lagi). Kita konsentrasi aja ke pasar, untuk peluang. Jadi anggap saja ini adalah GOLDEN opportunity. Kapan lagi kan bisa beli saham saham bagus dengan harga yang murah? Yuk mulai download aplikasinya dan buka akun gratis sekarang.

#SahamIsEasy
#AmanahJadiMudah
#TradeEasier
#InvestSmarter

******

0 comments