3 Hal yang Saya Pelajari dari Kehilangan Orang terkasih


Masih teringat dengan jelas dalam benak saya kejadian saat papa didiagnosa menderita penyakit jantung belasan tahun lalu. Tak lama setelah itu, karena konsumsi obat yang banyak, diagnosanya menjalar menjadi penyakit ginjal, dll. Saat itu saya masih bersekolah dan kebetulan asuransi yang biasa dibayarkan mama sudah tidak aktif karena premi yang terlalu mahal untuk kondisi keuangan keluarga kami di masa itu. 

Saat itu situasinya sangat berat buat kami, papa tetap bisa berobat dengan biaya sendiri, namun dengan kondisi saya dan kakak adik yang masih sekolah (kami empat bersaudara), terlihat jelas mama sangat keteteran mengatur keuangan keluarga. Mama sampai harus membuka warung makan di rumah sambil tetap menjalankan usahanya menjual pakaian jadi.

Puncaknya adalah saat kakak laki-laki saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan memilih bekerja untuk membantu orangtua kami. Ya, masa itu adalah masa yang penuh kenangan pahit karena penyakit kritis yang papa alami namun juga penuh dengan kenangan manis dan pelajaran hidup. Saya bisa melihat jelas pengorbanan atas dasar cinta dalam keluarga kami, kakak-kakak saya, adik saya, dan terutama kegigihan mama yang tak hanya membantu menutup biaya rumah sakit papa namun juga bahkan bisa membuat saya dan adik perempuan saya memiliki pakaian yang lebih dari layak untuk kami pakai pergi kuliah. Ya, sakit papa berlangsung bertahun-tahun bahkan sampai saya masuk kuliah.

Long story short, papa meninggal dunia di rumah sakit khusus jantung yang terbilang bagus di daerah kami. Kami sedih, namun di satu sisi kami, terutama mama, sudah merasa memberikan yang terbaik buat papa, pengobatan semampu yang kami bisa, di rumah sakit terbaik yang kami mampu. Tidak ada rasa penyesalan dan justru semua rentetan kejadian tersebut membuat hubungan keluarga kami makin erat.

Sejak saat itu, saya dan keluarga menarik pelajaran yang begitu penting yaitu tentang persiapan, dalam hal ini menghadapi penyakit kritis. Apalagi di masa sekarang penyebab penyakit kritis makin banyak ditemui dan memiliki resiko kematian yang sangat tinggi.

Saya pun memperkaya pengetahuan saya dengan membaca banyak literatur soal penyakit kritis seperti kanker serviks, kanker payudara, penyakit jantung, kanker hati, stroke, gagal ginjal, hingga kanker otak.  Bahkan menurut survey yang dilakukan oleh badan kesehatan dunia, WHO, 67% kematian disebabkan oleh penyakit kritis, di mana di Indonesia sendiri angkanya jauh lebih tinggi yaitu  sebanyak 85% kematian disebabkan oleh penyakit kritis. 

Karena sudah punya pengalaman pahit soal penyakit kritis ini, saya pun benar-benar mencurahkan perhatian saya pada tiga hal penting di bawah ini.

GAYA HIDUP SEHAT
Gaya hidup sehat yang saya maksud mencakup pemilihan makanan dan minuman yang sehat termasuk mengkonsumsi suplemen makanan berkualitas premium. Saya pernah ikut pelatihan tentang makanan sehat di mana diungkapkan fakta bahwa sayuran dan buah-buahan yang kita konsumsi sudah tidak sama lagi dengan yang dikonsumsi oleh kakek buyut kita. Dulu sekali, tanah kita masih kaya akan zat-zat gizi seperti mineral, dll, namun dengan berjalannya waktu serta penggunaan tanah untuk menanam yang itu-itu saja, tanah kita makin lama makin kehilangan banyak nutrisinya sehingga tanaman yang ditanam di tanah tersebut pun sudah tidak sehebat dulu. 

Apalagi dengan adanya modifikasi kimia seperti penyemprotan pestisida pada tanaman, pengawetan, dan lain sebagainya tak hanya membuat makanan tersebut kurang sekali nilai gizinya namun juga bisa memicu penyakit kritis seperti kanker.

Untuk menyikapinya, saya berusaha sebisa mungkin mengonsumsi makanan organik serta minum suplemen yang bagus.

Olahraga juga merupakan agenda rutin saya dan keluarga. Saya percaya, dengan makanan yang relatif sehat serta aktivitas fisik yang cukup, kami bisa hidup lebih sehat dan kuat. Olahraga yang saya tekuni adalah yoga sementara anak-anak saya lebih suka martial arts dan sepak bola. Suami kadang berolahraga sendiri di rumah menggunakan alat-alat yang ada.

KEDEKATAN KELUARGA
Pengalaman saya menunjukan bahwa apapun bisa dihadapi jika bersama-sama. Kedekatan keluarga saya dulu saya aplikasikan dalam keluarga kecil saya. Saya mengajarkan anak-anak untuk saling peduli, tidak hanya kepada kakak-adik dan orangtua, namun juga pada sepupu, om, tante, dan extended family lainnya.

Mereka saya biasakan untuk terus menjaga silaturahmi dengan keluarga lain, karena masih abege, lewat sosial media pun, tetap bermanfaat. Sesekali mereka juga akan saya ajak ke acara keluarga besar agar mereka merasa lebih dekat satu sama lain.

ASURANSI YANG TEPAT
Nah, hal ketiga ini sempat saya pikirkan berulang-ulang karena saya tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi. Saya ingat dulu mama dan papa punya asuransi yang terkenal pada jamannya, namun karena harus membayar bertahun-tahun dengan jumlah premi yang relatif besar akhirnya mereka tidak sanggup meneruskan dan sialnya saat  asuransi mulai dibutuhkan justru saat mama sudah menunggak premi entah berapa bulan lamanya. 

Saya pun mencari-cari asuransi jiwa fleksibel, yang sesuai dengan kebutuhan kami dan tentu saja tidak membebani kami secara berlebihan. Dari hasil pencarian tersebut, saya pun menemukan Flexi Critical Illness, asuransi penyakit kritis yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dan bisa kita atur sendiri. 

Flexi life adalah asuransi jiwa murni yang uang pertanggungan dan preminya bisa ditentukan oleh nasabahnya sendiri dan memiliki kelebihan banyak kelebihan yang saya rasa sangat cocok untuk banyak keluarga di indonesia, antara lain :

-Satu polis seumur hidup
-Cukup bayar sesuai risiko saat ini atau usia saat mendaftar. Misalnya, orang usia muda biasanya memiliki risiko yang lebih kecil dibanding dengan orang berusia tua. Sehingga premi bisa dibayar lebih murah dan disesuaikan dengan risiko hidup setiap tahunnya. Polis bisa otomatis diperpanjang hingga usia 85 tahun.
-Dapat mengubah premi secara online sesuai kebutuhan dan kemampuan kita, misalnya bulan ini bayar Rp 500.000/bulan namun karena bulan depan harus renovasi rumah jadi bisa menurunkan premi jadi Rp 200.000,-
-Pembayaran premi dapat dilakukan secara bulanan, kuartalan, semesteran, atau tahunan
-Perlindungan hingga 5M tanpa perlu repot cek medis
- Tanpa biaya komisi
-Pembelian dapat dilakukan dengan sangat mudah di website https://ilovelife.co.id/ 
-Jangka waktu produk (durasi masa berlaku) adalah 1 tahun

Karena merasa Flexi Critical Illness ini merupakan salah satu jawaban dalam masalah perlindungan penyakit kritis saya pun langsung membeli asuransi penyakit kritis ini. Yuk, pelajari prosesnya, mudah banget, kok ..



Tata cara pembelian premi Flexi CI adalah sebagai berikut:


2. Isi informasi tentang kesehatan berupa jenis kelamin, tanggal lahir, berat dan tinggi badan. Pilih Uang Pertanggungan yang kamu inginkan. 

3. Pilih jenis pembayaran “Tahunan dll” dan klik “Ambil”

4. Isi data pribadi termasuk KTP hingga muncul layar dengan detail informasi yang sudah diisi lalu pilih menu PEMBAYARAN

5. Di menu pembayaran, pilih opsi Bayar. Selesai, deh... Mudah, kan?

Semoga cerita serta pengalaman saya di atas bermanfaat buat para pembaca yang membutuhkan, ya. Dan jika tertarik untuk menggunakan asuransi Flexi  ini juga, jangan lupa masukan kode referal  BLOGZATA86, yes..

Sampai ketemu di postingan selanjutnya!

0 comments