Siapa Bilang Jadi Freelancer Mudah? Berikut Beberapa Tips Untuk Membuatnya Jadi Lebih Gampang (Transaksi Apapun pakai OCTO Mobile by CIMB Niaga, #Beneran Gampang Semua Orang Bisa!)


Berhenti kerja kantoran

Sekitar 7 tahun lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja kantoran dari sebuah law firm asing di kawasan Pondok Indah dan berusaha mengejar mimpi saya sebagai seorang content creator, tepatnya blogger.

Keputusan berat tersebut saya ambil karena beberapa alasan, pertama karena saya sadar bahwa bidang hukum bukanlah passion saya.  Meski gaji terbilang besar dengan tunjangan dan fasilitas ini itu, namun hari demi hari terasa cukup berat dan saya terus memimpikan untuk bekerja sendiri, di bidang yang saya sukai yaitu tulis menulis dan dunia kreatif. Alasan kedua adalah karena saya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga terutama anak-anak. Saat itu saya sudah memiliki tiga orang anak dan dua diantaranya sedang beranjak remaja di mana menurut saya ini adalah masa-masa yang krusial dan perlu pendampingan lebih.

Salah satu hal yang saya pikirkan masak-masak saat itu adalah masalah keuangan. Ya, meski saya dan suami sama-sama bekerja jadi pastinya penghasilan keluarga yang biasanya dari dua sumber menjadi hanya satu sumber saja. Awalnya masih cukup berat untuk berhenti karena memikirkan penghasilan dua digit berserta fasilitas-fasilitas yang saya dapat dari kantor. Saat itu, secara finansial saya tergolong cukup nyaman belum lagi ada asisten yang membantu saya mengurus ini-itu termasuk urusan pembayaran dan administrasi baik untuk pekerjaan maupun keperluan pribadi.

Namun keputusan saya sudah bulat, saya percaya, dengan dukungan suami serta skills yang saya miliki, saya bisa bekerja sebagai freelancer dan memiliki banyak waktu dengan keluarga. Akhirnya saya pun resign.

Freelancing – tak seindah impian

Tiga bulan usai resign, saya sangat menikmati hidup saya. Tabungan masih ada, gaji terakhir masih cukup banget untuk belanja macam-macam. Setiap hari saya menikmati keseharian dengan mendekorasi rumah (ini hobi saya), marathon nonton serial televisi favorit, antar anak-anak berenang, les, sekolah, lalu usai semua kegiatan tersebut saya akan duduk di depan laptop dan menulis artikel blog, mengambil foto-foto instagramable di tiap sudut rumah atau di café saat jalan-jalan, dan seterusnya. Sempurna deh, pokoknya…

Hingga masuk bulan ke empat. Masalah-masalah kecil mulai menghampiri, ada tagihan dan cicilan ini itu yang harus dibayar, uang masuk sekolah yang cukup besar, dll, sementara cadangan keuangan mulai menipis, penghasilan sebagai blogger pun masih saya anggap hanya cukup buat jajan.  Belum lagi, suami juga baru memutuskan resign dari televisi swasta tempatnya bekerja dan memutuskan menjadi pengusaha ayam dan producer by project.

Situasi finansial kami sangat berat apalagi suami baru saja mengeluarkan modal besar untuk membuka peternakan ayam sambil tetap mengerjakan proyek foto dan videografi secara freelance.

Selama lebih dari satu tahun usai resign, keuangan kami morat-marit namun satu hal yang pasti, kami tidak menyesal dengan pilihan kami, hanya saja kami memang tidak membayangkan bahwa bekerja sendiri ternyata sesulit itu.

Saya pun menganalisa, mengapa saat saya dan suami bekerja freelance, meski beberapa proyek membuat konten, company profile, iklan, dll, yang kami dapat nilainya cukup besar namun kami sangat ‘struggling’. 

Ternyata adalah karena kami mengerjakan semuanya sendiri. Ya, sendiri. Saya atau suami saat mencari klien pastinya mencari sendiri, saat dapat proyek, saya menulis sendiri, foto-foto sendiri, suami saat dapat pekerjaan membuat video company profile misalnya juga akan mengerjakan semua sendiri, mulai dari jadi penulis skrip, produser, kameramen, bahkan sampai urusan administrasi seperti laporan dan transaksi keuangan. Hal tersebut membuat waktu kami habis sehingga tidak sempat mencari klien baru. 

Sehingga, saat proyek usai, kami buru-buru harus mencari proyek baru agar tetap ada penghasilan yang masuk.  Begitu seterusnya. Dan kadang hal ini memakan waktu cukup lama.

Enaknya jadi freelancer, bisa kerja di mana aja...
Konsistensi yang berbuah manis

Dari hasil menganalisa situasi, saya pun mendapat banyak pencerahan tentang bagaimana bekerja tidak hanya lebih keras namun lebih pintar. Saya dan suami pun terus belajar dan meng-update diri, mulai dari ikut kursus, seminar, dan workshop untuk skills maupun personal development, baik yang gratis sampai yang berbayar jutaan rupiah. 

Tak hanya itu, saya dan suami juga mengasah kreatifitas kami dengan trial and error dengan beberapa proyek sehingga kami bisa mendapatkan bentuk yang paling pas untuk kami jalankan. Saat kami menemukan bahwa suatu bisnis maupun proyek sudah pas dengan kami, itulah yang terus kami kembangkan, dari segala sisi, dengan segala cara yang positif.

Konsistensi, persistensi, dan kerja keras kami berbuah manis, kami akhirnya bisa bekerja dengan lebih santai (tidak sampai begadang berhari-hari seperti sebelumnya) namun penghasilan justru berlipat.

Pasti pada penasaran dong apa saja yang kami lakukan sehingga situasi kami saat itu kurang lebih sudah sesuai dengan apa yang saya dan suami impikan : menjadi bos untuk diri sendiri, bisa lebih sering bersama keluarga dan penghasilan pun alhamdulillah memuaskan.

UPDATE SKILLS
Yes, seperti yang saya tulis di atas, saat sedang dalam situasi berat tak menyurutkan semangat kami untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan. 

Namun tak berhenti disitu, saat saya mendapatkan ilmu dari orang lain, saya pun berusaha membagikan ilmu tersebut sesedikit apapun kepada orang lainnya lagi karena saya merasa sangat terbantu saat mendapat pengetahuan baru dari orang lain, saya pun ingin orang lain merasakan hal yang sama.

Akhirnya kebiasaan inilah yang membawa saya sehingga menjadi seorang speaker dan trainer yang sering dipakai oleh brand, perusahaan, dll.

MENERAPKAN KONSEP IKIGAI
Falsafah Jepang tentang memaksimalkan hidup ini juga saya praktekan dalam keseharian. Saat bekerja saya tidak hanya berpatokan pada berapa yang saya dapat tapi juga apakah pekerjaan tersebut saya sukai, sesuai passion saya, dan yang terpenting punya dampak positif bagi orang lain? 

Dengan begitu saya merasa hidup saya lebih bermakna, saya makin mencintai hidup dan pekerjaan saya dan makin banyak hal yang terselesaikan, termasuk masalah keuangan.

Menariknya, saya menggunakan konsep Ikigai ini juga dalam membangun personal branding di mana saya menggabungkan passion, mission, dan profession untuk mencari ikigai saya. Terbukti saya pun mulai mendapat lebih banyak apresiasi dan tawaran pekerjaan.
Hidup lebih nyaman dengan konsep Ikigai
MANAJEMEN DIRI
Nah, bagian ini menjadi salah satu bagian terpenting dari keberhasilan saya dan suami sebagai freelancer. Saat bekerja sendiri, godaan untuk menunda-nunda teramat sangat besar, apalagi saya bisa dibilang ‘professional procrastinator’ alias ahlinya menunda, duhhh…

Dengan manajemen diri, termasuk manajemen waktu dan manajemen keuangan saya pun lebih bisa maksimal menjalani profesi ini.

Bicara soal menunda-nunda, dulu, saat bekerja kantoran, saya punya asisten yang akan mengingatkan saya tentang tugas-tugas saya, meeting, deadline, bayar ini bayar itu, dst. Saat bekerja sendiri, salah satu bagian yang berantakan adalah soal transaksi keuangan. 

Saya sering banget terpaksa bayar denda karena terlambat membayar cicilan, atau tiba-tiba internet mati atau langganan Netflix ditangguhkan karena saya lupa membayar. Pernah satu kali, saya ada deadline membuat slide presentasi untuk menjadi pembicara di sebuah kampus ternama, tahu-tahu aplikasi Canva saya tidak bisa dipakai karena ternyata saya lagi-lagi lupa membayar, pengen nangis rasanya. 

Berdasarkan pengalaman tersebut, salah satu cara saya me-manage hidup sehingga menjadi lebih mudah adalah dengan menggunakan aplikasi perbankan yang mendukung kegiatan saya sebagai freelancer, pilihan pun jatuh pada OCTO Mobile by CIMB Niaga.
gak ada lagi deh kejadian lupa bayar ini itu sejak pake OCTO
Aplikasi yang mempermudah hidup

Sebagai seorang content creator, pembicara, trainer dan seringkali juga membantu brand dengan aktivasi digital marketing mereka termasuk menghubungkan mereka dengan sesama teman content creator lain, aktivitas perbankan saya tergolong sering dan memakan waktu jika tidak ditunjang oleh aplikasi yang tepat.

Membayar langganan Netflix, langganan beberapa blog, aplikasi Canva untuk design, Google Drive, internet, telepon anggota keluarga, sampai transfer ini itu untuk membayar teman-teman content creator, sampai belanja online yang cukup sering saya lakukan. 

Dengan OCTO Mobile by CIMB Niaga semua transaksi menjadi mudah, hanya dengan smartphone saja, semua aman terkendali, nggak perlu punya asisten seperti saat masih kerja kantoran dulu, hehehe..

Trus apa, sih, kelebihan aplikasi perbankan ini selain transaksi mudah sampe bisa saya bilang mempermudah hidup? Nih, saya sebutin sebagian, yah…

Gratis transfer ke bank lain sampai 20x per bulan.
Whoaaa, cucok banget ini buat saya. Siapa, sih yang ngga suka gratisan?

Karena kadang saya tak bisa memastikan apa bank teman content creator saya, dan saya kadang tak enak untuk memotong fee mereka dengan biaya administrasi, tapi kalo saya transfer ke 10 orang dengan bank yang berbeda kan lumayaaannn biaya transfernya, huhuhu.. Nah, beda cerita kalau transfer ke bank lainnya pakai aplikasi OCTO Mobile!

Mengubah transaksi kartu kredit menjadi cicilan 0%
Dengan transaksi minimal 300ribu Rupiah, kita bisa mengubahnya menjadi cicilan 0% untuk 3 atau 6 bulan. Bikin belanja makin nyaman dan ngga berat, kan.

Transaksi tanpa uang tunai menggunakan Scan QRIS
Jujur saja, di era digital ini, rasanya sudah setahun terakhir saya jarang membuawa uang tunai saat bepergian, paling bawa seadanya untuk situasi urgent. Dengan OCTO Mobile by CIMB Niaga transaksi tanpa uang tunai pasti jadi pilihan dong… 

Asal nemu QR OCTO Mobile dan tenant yang bisa terima pembayaran QRIS, bisa semua! Ditambah, kalau scan QR di OCTO Mobile bisa pilih sumber dananya, mau dari saldo tabungan, kartu kredit, Rekening Ponsel, dan Poin Xtra juga bisa.

Top Up e-wallets
Gopay, OVO, Dana, sampe LinkAja saya punya semua. Eits, bukan cuma saya, tapi sekeluarga kecuali si bungsu. Jadi top up e-wallet itu udah ngga terhitung seringnya saya lakukan. Secara berkala abang dan kaka akan meminta saya top up e-wallet mereka untuk keperluan transportasi ke sekolah sampai untuk membayar aplikasi yang dibutuhkan di gadget mereka.

Suami saya tidak menggunakan aplikasi perbankan sendiri jadi sedikit-sedikit minta saya mentransfer ke vendor, kepada rekan kerja dia, sampe minta isikan pulsa, ahaha dasar pak suami maunya terima jadi aja 😊 

Tapi beneran, lho, transaksi keuangan saya terutama top up e-wallet itu sering pake banget, makanya enak banget pake aplikasi OCTO Mobile by CIMB Niaga ini karena bisa top up ke banyak e-wallet tinggal klik-klik, dalam satu aplikasi aja. 

Intinya OCTO Mobile by CIMB Niaga #BeneranGampang dan semua orang pasti bisa. Oke banget, sih, ini untuk kehidupan freelancer seperti saya, suami, dan orang lainnya.

Mendapat Poin Xtra dan bisa dipakai buat belanja
Dengan menggunakan aplikasi ini kita juga berkesempatan mendapatkan poin di mana poin tersebut bisa dipakai buat shopping, asik banget kannn. Poin Xtra adalah point rewards dari CIMB Niaga yang 1 poinnya setara dengan 10 Rupiah.

Wah, kalo di list satu-satu sepertinya masih akan panjang daftar kenapa aplikasi ini membuat hidup saya lebih mudah. Kalau kalian penasaran, langsung aja unduh deh. OCTO Mobile ini bisa ditemukan di Play Store, App Store, dan AppGallery, ya…

Sampai di sini dulu sharing saya, semoga tips dan informasi yang saya sampaikan di sini berguna, ya. Sampai ketemu di postingan selanjutnya!

Bisa bertransaksi kapan aja di mana aja dengan OCTO !

0 comments