Mengajari Sabil membaca dengan metode Glenn Doman - PART 1 | TIPS

"Education may be stressful to most children. On the contrary learning is not, especially when presented in a fun and loving way"

Glenn Doman

bing.com

Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya tentang Sabil yang sedang mogok sekolah di sini, saya pun mulai mempelajari berbagai metode untuk mengajar anak saya sendiri, salah satunya adalah metode membaca ala Glenn Doman. Menurut Glenn Doman, belajar membaca sama dengan belajar berbicara dan berjalan yang harus dipelajari sedini mungkin. Nah, karena Sabil sudah agak besar, yaitu empat tahun lebih, I don’t want to delay it any longer!, dia harus segera belajar membaca, sambil diikuti dengan keterampilan lain tentunya.

Sebenarnya saya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat Glenn Doman, namun banyak dari metodenya yang bisa saya pakai untuk mendidik anak-anak saya. Jadi intinya, saya tetap mempelajari dan menerapkan metode ini dengan menggabungkannya dengan metode saya sendiri atau metode lain yang saya anggap relevan dengan situasi saya.

Glenn Doman percaya bahwa anak-anak terlalu cerdas dan akan bosan bila belajar huruf per huruf. Untuk bagian yang ini saya setuju. Saya pun langsung mengajarkan kata kepada Sabil, baru kami ‘membedah’ huruf per hurufnya. Jadi pada awalnya, anak saya ini tidak hafal huruf atau abjad secara berurutan, ia menghafalnya secara random, tak mengapa buat saya, selama ia mempelajarinya dengan sukarela dan fun.

Menurut Glenn, kita dapat mengajari anak membaca hanya dalam 90 detik sehari dengan menunjukan sebuah kata, yang ditulis besar-besar di kartu, berkali-kali dalam sehari. Ini juga cukup berhasil saya praktekan kepada Sabil. Suatu hari saya menunjukan sebuah kartu bertuliskan “OMA” kepadanya. Kebetulan ia sudah tahu huruf O dan A, namun tidak dengan M. Saya tunjukan kartu tersebut dan saya bilang kata ini dibaca OMA. Dia mengikuti lalu setelah itu saya menunjuk huruf O dan dia bilang itu O. Saat saya menunjuk M, dia menggeleng, lalu saya beritahu bahwa itu huruf M. Saya tidak minta ia menghapal huruf M namun saya yakin jika saya mengulangnya minimal 3 kali hari itu, maka ia akan ingat dengan huruf M. Ternyata hal itu terbukti.

Keesokan harinya saya memberi ia kartu besar bertuliskan MAMA, dan tanpa perlu susah payah, ia langsung mengenali huruf demi hurufnya dan membaca kata tersebut dengan baik.

Menurut buku Glenn Doman yang berjudul “How to teach your baby to read” ada beberapa aturan agar pengajaran membaca pada anak berjalan dengan efektif, antara lain:

1. Mulai sedini mungkin. Glenn Doman menyatakan bahwa waktu yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak adalah sejak ia dilahirkan sampai ia berumur 6 tahun. Saat ini Sabil sudah berumur 4 tahun dan masih berada di fase terbaiknya untuk belajar, dalam hal ini belajar membaca.

2.  Orangtua adalah guru pertama dan terbaik bagi anak. Karena orangtua lah yang memang seharusnya pertama kali mengajarkan banyak hal pada anak, maka orangtua adalah guru pertama serta harus menjadi guru terbaik bagi anak karena ia paling tahu situasi serta kendala yang dihadapi oleh anaknya. Hal ini sangat relevan dengan situasi saya, di mana saya sangat tahu permasalahan yang sedang dihadapi Sabil di sekolah, saya pun tahu bagaimana cara membuatnya tertarik akan sesuatu hal, saya tahu hobinya, saya tahu apa yang bisa membuatnya kesal, senang, dst, jadi untuk saat ini saya adalah guru terbaik bagi dirinya.

3.  Belajarlah hanya saat anak dan diri kita sedang merasa senang dan bersemangat.  Saat belajar harusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak. Ajari anak jika ia dalam keadaan senang, cukup istirahat dan cukup makan sehingga ia akan lebih mudah menyerap pelajaran yang ia terima. Saat orangtua sedang tertekan atau memiliki mood yang kurang bagus, sebaiknya hindari mengajar dulu. Hal ini berkaitan erat dengan nomor dua, bahwa orangtua adalah guru terbaik anak. Saya tahu kapan mood Sabil sedang baik atau jelek sehingga saya bisa memilih waktu yang tepat untuk mengajarinya membaca.

4. Hormati dan beri kepercayaan pada anak. Saya berusaha menghargai setiap perkembangan sekecil apa pun yang dialami oleh Sabil. Saat suatu hari daya ingatnya tidak baik dan ia melupakan huruf-huruf, saya tidak akan memaksanya untuk mengingat secara berlebihan, sebaliknya, saya justru menguatkan ia dengan kata-kata “nggak apa-apa, kamu sudah bagus kemarin, dan mama senang sekali. Nanti kita lanjutkan lagi, ya..”

5.    Berhenti saat anak ingin berhenti atau saat ia mulai tidak menikmati sesi belajarnya. Ini penting sekali dan saya berusaha menerapkan hal ini pada anak saya. Kami hanya belajar beberapa menit setiap harinya, dan hanya maksimal tiga sesi sehari. Saat ia sudah mulai bosan atau kelihatan lelah, saya langsung mengatakan padanya bahwa ia sudah bagus dan boleh bermain yang lain lagi. Biasanya ia akan menjawab “okeyyy!,” dan berlari menuju kotak mainannya. 

6.   Orangtua perlu untuk merencanakan setiap sesi pelajaran dan membuat jadwal yang teratur. Saya pun demikian. Agak susah memang untuk membuat jadwal apalagi karena Sabil masih balita dan belum terlalu bisa mengikuti jadwal, maka yang saya lakukan adalah ‘mencuri-curi’ waktu di jam-jam yang saya tahu mood dia sedang bagus. Biasanya saat pagi hari sekitar jam 9, di mana ia sedang sarapan sambil main di depan rumah. Saya akan mengambil sekitar 5 menit waktunya untuk belajar sambil bermain, lalu berhenti dan melanjutkan lagi di sore hari. Oh ya, saya pun membuat perencanaan untuk setiap sesinya, misalnya kata-kata apa yang ingin saya berikan padanya hari ini, lalu saya akan mencatat hal tersebut beserta perkembangannya sehingga setiap hari ada continuity.

7.   Jangan pernah mengetes anak. Glenn Doman berpendapat bahwa pemberian tes adalah suatu kegiatan yang kurang menyenangkan bagi anak-anak dan takut membuat mereka kehilangan semangat untuk belajar. Namun, saya tetap melakukan tes, tapi saya menyiasatinya dengan cara yang fun. Sabil sangat suka jika ayahnya, abangnya dan kakaknya tahu jika ia baru saja bisa menguasai sesuatu. Jadi biasanya, setelah ia menguasai dan bisa membaca beberapa kata, saya akan memanggil abang, “bang, kaka, sini deh, Sabil mau menunjukan sesuatu.” Saat abang serta kakaknya datang, mata Sabil berbinar-binar, seolah tak sabar untuk menunjukan kebolehannya. Lalu saya minta Sabil untuk membaca kata-kata serta menyebutkan huruf apa saja yang ada dalam kata tersebut. Saat ia selesai, abang dan kakak akan serentak bertepuk tangan dan memujinya. Ahhh, ini momen yang luar biasa bagi Sabil. Ia bahkan minta untuk dites lagi saat ayahnya pulang.

8.  Ciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Lingkungan belajar yang nyaman akan membantu anak untuk lebih fokus belajar meski pun sesi belajar hanya sebentar.  Anak-anak biasanya hanya bisa konsentrasi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan biasanya mereka sangat visual, jadi, alat-alat pendukung belajar sebaiknya yang berukuran agak besar dan berwarna-warni. Saya pun menempatkan mainan edukasi di tempat Sabil belajar sehingga suasana belajar sambil bermain pun sangat terasa.

9.  Bicara dengan jelas, keras dan antusias. Saya rasa untuk mengajari apa pun kepada anak-anak kita memang harus menunjukan sikap antusias agar mereka juga terpacu untuk suka dan mempelajari hal tersebut. Saat mengucapkan suatu kata, saya akan bicara dengan cukup keras dan jelas agar ia bisa mengulangnya dengan benar. Hal ini sangat diperlukan karena banyak sekali kata-kata yang sudah ia dengar dari sekelilingnya namun kata tersebut kurang benar, misalnya seperti kata ‘item’ untuk ‘hitam’.

10.   Adaptasi. Tidak semua metode belajar akan cocok dengan seorang anak, itulah mengapa saya menjalankan hanya yang bias diterima oleh anak saya serta menggabungkan beberapa metode sekaligus bila diperlukan. Intinya sih fleksibel sehingga tidak memberatkan kita sebagai orangtua, apalagi si anak.



*******

5 comments

  1. Ahhh belajar nih aku.. Tfs yah mbak Zata :)

    BalasHapus
  2. TFS mba
    tapi seringnya anakku cuma konsen beberapa menit doang huhuhu...
    udah itu maen yang lain..lebih kefisik atau benda kayak puzzle gitu cepet..disuruh tunjuk2 buku cuma sebentar --"

    BalasHapus
  3. eh aku juga belum pake itu pocer....bikkin tulisan aja baru :v *dijitak agency

    BalasHapus
  4. kalo anak2 emang begitu cha, konsentrasinya nggak bisa lama-lama, sabar aja :)

    BalasHapus