Tetap Keren Tanpa Kontroversi | TEEN PARENTING



Sekitar sebulan lalu pasti sudah pada dengar dong tentang seorang selebgram remaja yang kontroversial namun jadi idola beberapa remaja. Saya bukan mau membahas tentang dia, sudah cukup, lah ya, paparan (sosial) media yang justru makin menambah kepopulerannya :)

Oks, lanjut. Jadi, karena momennya pas, saya dan suami pun sekalian saja mengajak dua pra-remaja di rumah untuk diskusi. Kami ngobrol soal situasi sekarang di mana banyak remaja yang mengidolakan orang yang tidak tepat (menurut kami) dan bagaimana hal tersebut bisa berbahaya bagi perkembangan mental dan attitude mereka.



Bagaimana tidak? beberapa kali saya melihat anak SMP yang pacaran agak vulgar di depan umum, saat ditegur malah pasang tampang jutek dan melengos, nggak kebayang kan kalau hal tersebut terjadi pada anak-anak kita?.

Suami saya memberi contoh pada abang dan kakak. Ia bercerita soal dua orang teman kuliahnya yang populer saat masih kuliah di IKJ dulu. Teman pertama, si S sangat populer di kampus. Orangnya lumayan ganteng, rambut gondrong, pakaiannya santai, kasual, cenderung berantakan tapi bermerek, tiap hari kerjanya ngegele' alias ngeganja. Dia jadi idola banyak mahasiswa-i lain dan sering jadi topik pembicaraan. Kalau masa itu sudah ada Instagram, mungkin dia bisa menjadi selebgram juga ;p.

Lalu ada si K, lelaki berwajah lumayan, pintar, cerdas, beberapa kali menjadi perwakilan kampus di beberapa acara. Berpakaian rapi dan pantas, bersih, dan orangnya pun ramah, tidak segan membantu jika teman ada yang minta diajarkan. Si K, pun tak kalah populernya dari si S.

Pertanyaan suami pada anak-anak, kamu mau populer dengan cara si S atau si K?. Jawabannya sudah bisa diduga, si K. Yup, jadi populer dan keren nggak harus dengan cara kontroversial, nggak harus sok beda tapi salah kaprah ...


berusaha jadi 'teman' di saat2 tertentu.

i love you to the moon and back ...
Dari hasil diskusi dengan beberapa orang tua, hasil ikut seminar, serta ngobrol dengan anak-anak, ada beberapa hal yang menurut saya perlu diperhatikan oleh orang tua, termasuk saya yang sambil menulis juga sambil belajar ..

Dari Sisi Orangtua:

Pengetahuan agama. Amalkan. Ini masih yang terberat buat saya pribadi. Saya tidak ingin banyak bicara soal ini karena agama adalah sesuatu yang sangat personal. Silahkan tafsirkan masing-masing.

Jadi teman jika dibutuhkan. Saat mereka bercerita tentang kehidupan mereka, ada saat-saat kita perlu menjadi teman mereka karena saat kita jadi orang tua, rasanya kadang ingin mengoreksi, mengomentari, menyalahkan dan lain sebagainya, namun saat berusaha menjadi teman, kita kurang lebih dapat merasakan juga apa yang sedang mereka rasakan sehingga kita bisa memberikan dukungan yang terbaik dan pas untuk mereka.

Saya ingat sekali saat mengikuti seminar "Anakku beranjak ABG" di mana ibu Rini mengingatkan bahwa kita pun pernah mengalami masa-masa yang sama dnegan mereka, bagaimana mungkin sekarang kita bisa tidak menegrti apa yang mereka alami??.

Jangan biarkan mereka tumbuh dengan syarat hidup yang banyak.  Ajarkan pada mereka bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Jika semua yang mereka minta kita turuti, bisa jadi mereka akan mengeluh saat menginap di rumah nenek yang tidak punya AC, atau harus mandi air dingin karena biasanya mandi air panas. Enggan naik angkutan umum karena biasanya selalu naik mobil ber-ac, dan seterusnya.(sumber: Parents' Stories Adhitya Mulya).

Beri contoh. Jangan hanya menyuruh mereka untuk belajar keras, disiplin, dan rajin, sementara kita sendiri terlihat lebih banyak santai, menunda-nunda pekerjaan, dan seterusnya.

Yang sangat berat buat saya adalah saat menyuruh anak-anak untuk bangun subuh sementara saya sendiri lebih sering bangun siang karena baru tidur menjelang subuh (akibat pekerjaan, dll). Namun setelah Lebaran kemarin saya berkomitmen untuk membiasakan diri bangun lebih dulu dari mereka, apalagi sekarang sudah tidak ada mba yang tinggal di rumah, jadi saya harus menyiapkan semuanya sendiri sebelum mbak yang beres-beres rumah datang (si mbak hanya 3 jam di rumah untuk mencuci, menyeterika, dan mengepel rumah).

abang Ken ...

Sedangkan untuk anak-anak remaja mau pun pra-remaja kita, jangan lupa untuk menekankan beberapa hal di bawah ini kepada mereka:

Cerdas. Sepertinya rajin belajar sudah harga mati ya, hehehe, terlepas apa pun hasilnya, yang penting kita sudah berusaha.

Cerdas dan pintar tidak melulu harus berupa nilai yang sangat bagus di sekolah. Saat abang mendapat nilai lumayan saja, saya sudah memberi apresiasi atas usahanya untuk mendapatkan nilai tersebut. Intinya adalah mereka mau dan berusaha, lewat proses yang bisa membentuk karakter mereka di masa mendatang. Banyak anak muda yang hanya mementingkan hasil, terlalu terpana pada keberhasilan seseorang namun lupa dan tidak tahu bagaimana proses orang tersebut menjadi berhasil seperti itu.

Saya pun berharap agar abang dan kakak tidak hanya konsentrasi pada bidang akademis saja, mereka pun perlu bergaul, ikut ekskul ini itu agar masa muda mereka lebih berwarna, namun semuanya terserah mereka, sesuai pilihan mereka saja.

Ramah. Tidak ada ruginya berbuat baik pada orang lain, kan? mulai dari tersenyum sampai jadi pendengar yang baik. Tidak semua orang berbakat ramah. Saya sendiri dulu dikenal sebagai orang yang jutek dan sombong, padahal sebenarnya saya pemalu dan enggan berinteraksi dengan orang lain karena saya bingung harus berbuat apa.

Believe it or not, saat saya kelas satu SMA, saya latihan senyum, yes, latihan. Setiap kali ingat, saat sedang diam, saya akan membuat bibir saya naik sedikit, agar orang yang melihat saya tidak menganggap saya jutek. Saat sedang berbicara dengan orang lain, saya pun melakukan hal yang sama, begitu terus-terusan sehingga saya terbiasa untuk tersenyum.

abang Ken dengan buku It's Me! karya Dyah Loretta

Jadi diri sendiri. Nasehat ini nggak pernah klise, nggak pernah basi dan selalu penting untuk diingatkan kepada siapa pun terutama anak-anak kita. Saya wanti-wanti kepada kakak dan abang, jangan berubah jadi orang lain hanya agar disukai. Beradaptasi dan bersosialisasi itu perlu, namun tetaplah jadi diri sendiri.

Saya ingat sekali, dulu, saat saya masih sekolah, seringkali teman-teman menganggap saya anak orang kaya, diantar ke sekolah pakai mobil, berpakaian cukup bagus, saat naik gunung saya membawa carrier alias ransel merek yang lagi hits saat itu dengan sepatu gunung yang keren, dan lain-lain, sehingga beberapa teman enggan mengajak saya untuk makan di pinggir jalan, atau menginap di rumah penduduk saat naik gunung. 

Lalu saat saya dengan sukarela ikut makan di pinggir jalan, naik truk sama-sama saat berangkat naik gunung, dll, teman-teman malah menganggap saya keren. Saat itu sempat ada keraguan untuk mengungkapkan identitas saya yang sesungguhnya namun saya tidak ingin mereka menyukai saya karena 'image' palsu yang tak sengaja tercipta. 

Pada suatu kesempatan, saat hendak diajak jalan bareng, saya pun menolak sambil memperlihatkan uang di kantong tinggal beberapa ribu perak, beberapa teman tak percaya, "ahh masa anak orang kaya spt elo gak punya duit, sih, Ta?." Saya pun merasa punya momen yang pas untuk meluruskan. "Yang kaya tuh om gw tau. Gw sementara lagi tinggal sama mereka," dan mereka bahkan menganggap saya makin keren karena dianggap asik dan humble, hihihi.. unexpected response banget ... 

Cerita di atas saya jadikan contoh pada anak-anak saya, bahwa tak perlu takut untuk menjadi diri sendiri. Mostly teman-teman sejati kita akan suka kita apa adanya, kalau ada yang tidak? ya nasib mereka lah, kita terima aja, nggak mungkin bisa menyenangkan semua orang secara bersamaan. So ist das Leben, that's life...

Jangan membual. Don't brag yourself, you'll gonna regret it sometime ... Ada kalanya kita tak bisa menahan diri untuk membual. Ada teman yang pamer ini itu dan kita tidak tahan untuk membalasnya. Ada masa-masa saya pun melakukan hal tersebut dan saya menyesalinya (ada juga yang nggak sih pas denger temen yang nyebelin banget dan pamer sampe bikin temen2 lainnya merasa nggak berharga).

Saya bilang pada anak-anak, bahaya membual adalah satu, kamu akan merasa 'rendah' karena telah berbohong atau melebih-lebihkan diri kamu.

Kedua, kamu terpaksa kembali berbohong jika teman menanyakan rincian dari bualan kamu tersebut. Belum lagi jika bualan tersebut menyebar, makin harus sering berbohong untuk mempertahankan 'kebenaran' bualan tersebut, kan?. 

Dan bahaya ketiga dan yang paling fatal adalah kamu mempercayai bualan kamu sendiri. Yes, ini sering terjadi, bahkan saya pernah melihat langsung efek ini pada seseorang yang saya kenal. Sebut saja A, awalnya, ia berbohong mengenai pernah tinggal di Amerika (padahal ia hanya liburan di sana). Lalu karena makin sering menceritakan hal tersebut, makin banyak orang bertanya soal detailnya, makin sering pula ia menjawab dan menceritakannya dengan detail. 

Lama saya tidak bertemu dengannya, beberapa tahun. Lalu pada suatu kesempatan, saya kembali bertemu, ternyata ia adalah rekan sekantor teman baru saya. Lalu teman baru saya yang tahu bahwa saya kenal dengan si A langsung menceritakan tentang A yang pernah tinggal di Amerika, dst. Saya, sih, nggak mau komentar. Kemudian kami bertiga, saya, teman baru saya serta si A, janjian makan siang bareng, dan saya bisa melihat dengan jelas saat A kembali menceritakan soal pengalamannya tinggal di Amerika, begitu asli, begitu tulus, seolah-olah ia memang benar-benar pernah tinggal di sana. Serem banget, deh, pokoknya ...

Jaga kesehatan dan penampilan. Mulai dari hal kecil seperti teratur menyikat gigi, rajin membersihkan wajah, mandi dengan benar, dan seterusnya. 

Berolahraga teratur juga menjadi keharusan jika ingin sehat secara jasmani dan rohani. Tidak perlu terlalu lama, namun teratur dan konsisten. Sit up dan push up masing-masing 25x setiap pagi, jalan kaki seminggu sekali, ikut senam, dst, bisa menjadi pilihan. Pilih yang mudah sehingga bisa dilakukan terus-terusan.

Berpakaian pantas. Rapih, bersih, dan sesuai suasana. Tampil keren, funky, lucu, dsb adalah keharusan buat kita, yang penting masih sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Ingat aja peribahasa "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung."

Terakhir, jadi remaja memang harus keren, sedikit bandel itu biasa, asal bertanggungjawab yess?!  *wink*



Inget pesannya Superman Is Dead, jadilah legenda ... :D

***

39 comments

  1. kemasan artikel yang cukup bagus...thanks for sharing yea

    BalasHapus
  2. Ya ampun poin tentang jangan membual itu mengerikan ya, sampai-sampai dirinya sendiri percaya bahwa tidak membual ...errr

    BalasHapus
  3. waah makasih sharingnya mba...anak2ku sedang beranjak abg, blom abg sih masih kanak2 tp menekankan hal2 yg menguatkan kepribadian mrk kan gak bisa ujug2 yaa harus sedini mungkin. its not easy at all, tp yakin sih pelan2 bisa, bener banget kita contohinnya spt apa...itu yg mrk lihat dan tiru

    BalasHapus
  4. @Ophi Ziadah
    sama-sama mba Ophi, bener harus mulai dari jauh2 hari ya..

    BalasHapus
  5. Mba Artikelnya ini mantep neh, saya jadi banyak pengetahuan baru sebagai orang tua

    BalasHapus
  6. @Liswanti
    alhamdulillah kalo bermanfaat. Makasih udah mampir ya mba Lisss :)

    BalasHapus
  7. Aku padamuuu deh mba cantik, ngebaca tips-tipsnya semacam flashback ke masa remaja dulu. Dan yang paling nggak banget itu membual, cuman demi "sesuatu" rela berbual itu nggak banget. Bisa jadi bumerang malahan.

    Tfs mba, smoga kelak punya anak apa yang saya lalui dulu bisa menjadi pelajaran buat mereka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya mba Nining, pengalaman kita dulu bisa jadi bahan cerita ke anak2 kelak ya, biar mereka bisa ambil pelajarannya juga..

      Hapus
  8. Lah ko bundanya ga pakai jilbab hehehee ;)

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  10. @Yeye
    iya kalo bisa sih gak pake bandel yah Ye, tapi kita juga tau ya rasanya, kan pernah muda juga, hihihi

    BalasHapus
  11. Pas banget sama kegalauan saya dengan situasi sekarang yang banyak mengidolakan yang tidak pantas. Sok wise dan mengatakan saya menghakimi remaja itu.Padahal cuma mengingatkan.
    Dan lebih sebelnya lagi, saat si remaja itu mau dijadikan narasumber halah halah semua remaja bisa berbondong bondong deh niru remaja gak waras ini. #Eh menghakimi ya saya? hahaha
    Mba Zata, tips2nya oke banget, aku bookmark :D
    Kapan2 kita ngobrol lah ya sesama punya anak remaja

    BalasHapus
  12. @Ani Berta
    iya kadang aneh ya teh, kita menasehati (karena punya anak remaja perempuan juga) tapi dibilang menghakimi, padahal itu kita lakukan karena peduli. Sip sipp kapan2 ngobrol ya tehhh...

    BalasHapus
  13. ASLI gue bacanya seriusss banget looh artikel ini, macam lagi baca thesis psikologi gituuuh, but overall semuanya benerr bangettt dan yang pasti susah ya neeek mulainya, walaupun nothing is impossible, it's all about process...cemunguuud Zata...

    BalasHapus
  14. "kamu mempercayai bualan kamu sendiri"..widih, ngeri ya mba kalo same begitu..

    BalasHapus
  15. Wahhh saya kayak hanyut aja dari awal hingga akhir baca tulisan mbak zata, tulisan buat anak remaja banget (kayak saya) #eh ditambah lagi quote nya banyak keren2..

    BalasHapus
  16. @shintadaniel
    ahaha iya yah panjang kayak karya tulis serius gitu ;p
    bener Shin, semua butuh proses, mudah2an kita sbg ortu bisa ya..

    BalasHapus
  17. @Anjar Setyoko
    duh ada anak remaja mampir, hihihi..
    semoga bermanfaat ya tulisannya Jarrr..

    BalasHapus
  18. Ini tulisannya keren banget mbak. Saya suka banget, bermanfaat pula.

    BalasHapus
  19. Populer tanpa kontroversi yaaaa inti nya
    Gw setuju banget, meskipun kadang kita mengambil jalan yang berbeda hehehe

    BalasHapus
  20. @Cumilebay MazToro
    iya mas Cumi, setuju banget, pilihan orang berbeda-beda, tapi intinya kalau bisa populer tanpa berbuat yang aneh2 seperti bbrp remaja yang sempat jadi omongan itu, kan lebih baik (menurut saya) :)

    BalasHapus
  21. makasih tips-tipsnya Mba Zata, bookmark ah, biar bisa baca-baca lagi saat anakku mulai bertambah besar :)

    BalasHapus
  22. @Irawati Hamid
    makasih udah mampir mba Ira, sama-samaa...

    BalasHapus
  23. pyuh mempercayai bualan dan terus merasa percaya itu yang berasa ya mba :(
    semoga kita dan anak2 kita hits tanpa harus aneh2

    BalasHapus
  24. Sebetulnya kita itu naluriah ya Mbak akan memilih yg baik-baik...kalau saya pikir-pikir. Tapi, mungkin juga ada disekian persejuta orang yang akan memilih being controversial. Ngga tau kenapa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mba Levina, kadang memang ada yang lebih suka jadi kontroversi :)

      Hapus
  25. Anak sy kelas 6. Sedang ketar ketir menghadapi masa2 remajanya sebentar lagi. Eh ketemu atikel ini hehe... makaaih ya mbak. Ttg si pembual itu... dia sampai percaya bahwa dia m3lakukan sesuatu yg sebenarnya tdk dilakukannya,ini sdh sampai pd taraf kejiwaan blm sih sebenarnya...

    BalasHapus
  26. Tulisanmu ngalir banget zata~ Ga berasa udah baca sampe paragraf akhir :))

    Yuk encourage anak muda utk perbanyak prestasi dengan cara-cara positif ;)

    BalasHapus
  27. Anak2ku masih piyik2 mbk, tapi suka baca artikel ini buat persiapan. Kdng takut jg kalau mereka cepet bgt gedhenya, pdhl rasanya baru lahiran kmrn hehe

    BalasHapus
  28. @rita dewi
    wah seumuran sama anakku yang kedua berrati..

    iya sih kalo udah sampe segitunya pasti ada gangguan ya mba..

    BalasHapus
  29. @Dee - @HEYDEERAHMA
    wahhh makasih banget dee, iya setuju, kita sama2 encourage anak muda yuk...

    BalasHapus
  30. @April Hamsa
    gak akan terasa mba, tau2 udah gede aja hehehe

    BalasHapus
  31. Suka ngeri kalau liat pergaulan remaja sekarang, Mbak. Jamanku dulu SMP-SMA ngga kenal cafe. Eh sekarang anak2 tetangga pulang sekolah atau malam minggu pada nongkrong di cafe :(


    Thanks for sharing, Mbak :)

    BalasHapus
  32. aku suka banget superman is dead mbaa.
    makasi tulisannya mba. tabungan artikel nih untuk anakku kalo dah abege nanti.

    BalasHapus